Mentari kembali menyambut pagi setiap insan. Memberikan semangat baru untuk melakukan aktivitas di Hari Senin. Suara jam wekker terdengar gaduh di salah satu bilik kamar di sebuah rumah. Seorang gadis nampak masih bergelung dalam selimutnya, enggan membuka mata meskipun suara wekker sedikit mengangu tidurnya. Hingga akhirnya gadis itu menyerah dan membuka kelopak matanya, tangannya terulur untuk mematikan jam wekker.
Setelah berhasil mengumpulkan semua nyawanya yang berhamburan ia pun berjalan ke arah kamar mandi. Tak lama, gadis itu keluar dengan seragam sekolahnya. Memasukan segala buku yang akan ia pelajari hari ini dalam sebuah tas. Setelah selesai, gadis itu berjalan menuruni setiap anak-anak tangga.
Kakinya melangkah ke arah meja makan yang nampak kosong. Matanya menangkap sebuah sticky note berada di meja makan. Tangannya mengambil sticky note dan membacanya.
'Jennie-ya, ibu tak sempat membuat sarapan. Kau sarapanlah di sekolah, okey'.
Jennie mendesah muram dengan kilat kecewa di mata tajamnya. Disaat keluarga lain saling berbagi kehangatan di pagi hari, ia hanya ditemani oleh sebuah sticky note dari ibunya. Ini hal biasa baginya, baik sang ibu maupun sang ayah hanya mempedulikan pekerjaan mereka tanpa peduli adanya Jennie yang kekurangan kasih sayang.
Jennie meremat sticky note tersebut hingga tak berbentuk, kakinya melangkah meninggalkan meja makan atau lebih tepatnya berjalan menuju pintu dan meninggalkan rumahnya.
¤¤¤
Gadis itu telah sampai di gerbang sekolahnya yang ramai dengan para siswa yang diantar oleh orangtuanya. Jennie tersenyum kecut, ia merasa seperti anak yatim piatu meskipun orangtuanya masih di sisinya. Ah, tidak orangtuanya tak pernah berada di sisinya meskipun gadis itu dalam kesulitan sekalipun.
"Papah! Mamah! Cukup antar sampai sini saja" suara itu mengubah atensi Jennie. Matanya menatap ke arah seorang gadis yang sangat ia kenal tengah berdebat dengan seorang pria dan wanita paruh baya yang ia ketahui sebagai orangtua sang gadis.
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu padamu?" ucap sang Mamah
"Mah, ini sekolah tak akan terjadi hal yang buruk padaku. Sekarang papah pergi ke kantor dan mamah kembali ke rumah. Aku akan baik-baik saja" ucap gadis itu meyakinkan
"Ingat jangan ke-"
"Aku tak akan kelelahan papah. Aku pergi sekarang" ucap gadis itu dan menjauhi kedua orangtunya.
Gadis itu bertemu pandang dengan Jennie, senyum sumringah terukir di bibirnya, "Jennie eonnie!" pekik gadis itu dan langsung menghampiri Jennie yang nampak tersenyum kecut.
"Pagi Rosé-ya. Seperti biasa?" tanya Jennie
"Iya, Kedua orangtuaku terlalu mengkhawatirkanku dan aku benci itu" ucap Rosé.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are : Blackpink
FanfictionKisah ini bercerita tentang sebuah pengorbanan. Pengorbanan keempat gadis cantik untuk sebuah ikrar berharga bernama 'persahabatan'. Yang membangkitkan sebuah tembok kokoh yang melindungi mereka dari segala rasa sakit yang sungguh menyiksa. Karna ta...