Chap 15

9.9K 924 48
                                    

Rintikan hujan serta suara petir yang saling sambar menyambar nampak menghiasi langit Kota Seoul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rintikan hujan serta suara petir yang saling sambar menyambar nampak menghiasi langit Kota Seoul. Menambah suram suasana tiga orang gadis yang tengah terlarut dalam sebuah lamunan yang sama. Tentang rasa kecewa, sedih, amarah, ketidakberdayaan yang tertuju pada sebuah nama yang sama. Mereka duduk melingkar tanpa adanya pergerakan lebih dari ketiganya, rasanya hati mereka hampa, tanpa kehadiran sosok itu.

Seseorang yang mulai merasa jengah pun menghela napasnya lelah dan berucap, "Hey, Lisa-ya, Rosé-ya bagaimana kalau hari ini kita pergi ke mall?"

kedua orang yang merasa namanya terpanggil mengalihkan atensinya ke arah gadis yang saat ini nampak menaik turunkan alisnya meminta pendapat kedua sahabatnya itu. Rosé berpangku tangan, memandang ke arah Lisa seolah mencoba mengirimkan sinyal telepati pada adiknya itu.

"Di luar hujan eonnie" jawab Lisa dengan suara serak. Jujur saja gadis itu diam-diam selalu menangis, menyesali dirinya yang lemah dan tak bisa melakukan apapun selain menangis dan terus menangis.

"Sebentar lagi hujannya akan reda. Ayolah, aku bosan kalian tak inginkan aku pergi ke pertarungan jalanan?" tanya Jennie sambil menampakan puppy eyesnya yang membuat Rosé terkekeh pelan.

"Aish baiklah-baiklah mari kita pergi ke mall sekarang" sahut Rosé.

"Baiklah aku akan mandi sekarang" ucap Jennie bersemangat dan segera berjalan menuju kamar mandi. Menyisakan Rosé yang hanya mampu geleng-geleng kepala dan Lisa yang kembali larut dalam lamunanya.

Rosé yang menyadari hal itu pun langsung mengusak rambut Lisa dengan penuh kasih sayang dan menatap adiknya itu dengan pandangan lembut, "Hey, berhentilah menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi Lisa-ya. Kau gadis terkuat yang pernah aku kenal" ucap Rosé yang menciptakan lengkungan manis dibibir Lisa.

"Aku akan bersiap-siap eonnie" ucap Lisa dan langsung berjalan menuju kamar.

Meninggalkan Rosé dalam kesendirian yang lagi-lagi menyesakkan dada gadis itu, kalau boleh jujur dirinya sama terpuruknya dengan kedua— ah tidak, ketiga sahabatnya. Ia ingin menangis sepuasnya sama seperti Lisa, ia ingin mengamuk sepuasnya seperti Jennie dan ia ingin egois sama seperti Jisoo. Tetapi, ia tak bisa, karena ketiga temboknya tengah rapuh, karena ketiga tiangnya tengah goyah dan karena ketiga hatinya tengah terluka. Maka jika ia pun ikut hancur, siapakah yang akan melindungi ketiga sahabatnya itu?.

Lamunan Rosé buyar ketika suara dering handphone lagi-lagi memasuki gendang telinganya —karena sedaritadi Rosé sama sekali tak mempedulikan handphonenya yang berdering berulang kali—. Gadis itu pun mendesah muram sebelum akhirnya mengangkat telfon.

"Hallo, Ada apa papah?" tanyanya begitu telepon tersambung.

"Rosé-ya kau dimana?, diluar hujan besar kau bisa jatuh sakit"

Rosé tersenyum miris, Aku memang sudah sakit papah, aku sekarat. Ia lantas berdehem sejenak sebelum kembali menjawab, "Aku berteduh di Rumah Lisa. Aku tidak akan pulang malam ini"

We Are : BlackpinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang