Awan-awan berwarna abu-abu masih setia bertengger di langit Kota Seoul, membuat cahaya dari sang surya seperti tenggelam termakan kegelapan. Seorang gadis tengah berjalan dengan lesu, menapaki setiap langkahnya tanpa gairah untuk hidup. Di tatapnya langit yang masih setia muram seperti ikut larut dalam perasaannya saat ini. Matanya beralih menatap ke sebuah rumah dengan pandangan sendu.
Selamat datang kembali ke neraka, Lisa-ya, batin gadis itu sambil melangkah memasuki pekarangan rumah tersebut.
Pintu tiba-tiba terbuka membuat Lisa tersentak kaget, tetapi sebuah senyum merekah dari wajah polos itu mampu membuat Lisa dapat menghela napasnya lega. Disana berdiri sosok Bambam dengan hoodie merah —hadiah pemberian Lisa untuk ulangtahun pria itu tahun lalu— juga celana sport berwarna hitam tengah tersenyum ke arahnya.
"Kau sudah pulang anak nakal?" ucap Lisa sambil diselangi kekehan.
"Seperti yang kau lihat. Maaf karena sudah meninggalkanmu terlalu lama, hadiah dari kompetensi dance itu benar-benar tidak bisa aku lewatkan. Kau ba- Yak apa yang terjadi dengan wajahmu, tanganmu, dan kakimu?" pekik pria tersebut setelah ia mendekati sang kakak dan mendapati berbagai luka memar serta sobek yang menghiasi wajah, lengan bahkan kaki sang kakak.
"Sudahlah Bambam-ah, ini sudah biasa bukan?" ucap Lisa santai.
"Yak!, ayah memukulimu terus selama aku tidak ada di rumah?. Aku akan benar-benar marah pada ayah malam ini. Kenapa kau tidak tinggal bersama Jisoo noona, Jennie noona dan juga Rosé noona?" pekik Bambam yang mampu membuat raut wajah Lisa muram seketika.
Hatinya tiba-tiba berdenyut sakit ketika sang adik menyebutkan nama-nama orang yang telah meninggalkannya sendirian. Kembali melemparnya ke dalam sebuah dunia gelap nan dingin yang sungguh menyesakkan dadanya.
"Mengapa kau diam saja?, apa terjadi ses-"
"Cerewet!, kau pasti belum membereskan kopermu kan? Biar aku bantu membereskan barang-barangmu" ucap Lisa sambil mendorong punggung sang adik sekuat tenaga untuk masuk ke dalam rumah.
"Yak! Yak! Aku belum selesai mengomelimu tahu!" teriak Bambam tak terima yang dibalas kekehan kecil dari Lisa.
¤¤¤
Saat ini Lisa tengah membuat makan malam untuk dirinya, sang adik dan juga sang ayah yang dari pagi belum kembali ke rumah. Mungkin ia berjudi lagi, pikir Lisa acuh. Semenjak sang Ibu meninggal, Lisa lah yang menjadi ibu rumah tangga di keluarganya. Gadis itu harus menyiapkan sarapan, makan siang, dan makan malam juga membereskan rumah. Sejujurnya, Lisa sedikit merasa lelah belum lagi ia harus mengerjakan tugas sekolahnya. Namun, Jika ia mengeluh dan enggan melakukan pekerjaan rumah mungkin sang Ayah akan mengandakan penyiksaan pada dirinya.
"Noona apa kau sudah selesai memasak? Aku lapar" sahut Bambam sambil menguap, dirinya baru saja bangun dari hibernasinya yang lama.
"Bambam-ah, bisakah kau membeli bahan-bahan ini sebentar?" ucap Lisa sambil menyodorkan secarik kertas ke arah Bambam yang langsung diterima oleh adiknya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are : Blackpink
FanfictionKisah ini bercerita tentang sebuah pengorbanan. Pengorbanan keempat gadis cantik untuk sebuah ikrar berharga bernama 'persahabatan'. Yang membangkitkan sebuah tembok kokoh yang melindungi mereka dari segala rasa sakit yang sungguh menyiksa. Karna ta...