Seorang gadis tengah memandang kosong ke arah pohon-pohon yang menjulang tinggi dengan dedaunan yang berterbangan dan jatuh ke tanah. Angin sepoi-sepoi menerbangkan anak-anak rambutnya menyebabkan rambut itu sedikit berantakan. Jejak-jejak air mata masih terlihat dengan jelas di pipinya yang lebam.
Gadis itu menghela napasnya kasar ketika kejadian beberapa waktu lalu kembali terngiang di kepalanya. Ia perlahan tertunduk dan kembali menjatuhkan liquid bening yang semula terhenti. Membiarkan rasa bersalah kembali mendominasi hatinya
Flashback on
Suasana UGD nampak begitu ramai begitu salah satu ambulance menurunkan sesosok gadis cantik penuh bercak darah. Orang-orang yang ikut mendorong brangkar sang gadis tak henti-hentinya menangis dan merapalkan doa agar gadis itu selamat.
"Suster, apakah Dokter Kim Jongmyun sudah ada di ruang UGD?" tanya Chanyeol parau, kentara sekali pria itu tengah menahan air matanya mati-matian.
"Sudah Dok, pasien bisa langsung ditangani" ucap sang suster
"Bagus, apakah denyut nadinya masih ada?" tanya Chanyeol sambil memasang baju khusus oprasi yang baru saja diberikan oleh salah satu suster.
"Masih terasa Dok meskipun sedikit melemah. Sepertinya tabrakan itu berakibat fatal pada kerja jantung pasien" jelas sang suster.
Sialan, aku mohon bertahanlah Rosé-ya kau tak boleh meninggalkan oppa dengan cara seperti ini, pikir Chanyeol.
Pria jangkung itu pun memasuki ruang UGD dan diikuti dengan brangkar yang menampung sang adik. Sementara suster yang sedari tadi berada di sisi Chanyeol langsung menghentikan langkahnya dan menahan orang-orang yang ikut mengantar brangkar Rosé.
"Maaf, kalian hanya bisa menemani pasien sampai disini saja. Sisanya silahkan diserahkan pada Dokter Park dan Dokter Kim juga kuasa Tuhan. Saya permisi" ucap sang suster dan berjalan masuk ke dalam ruang ugd.
"Argh!" teriak Jimin nyaring dan meninju tembok disebalahnya hingga menimbulkan bunyi debuman yang cukup keras.
Suara langkah kaki yang terburu-buru memasuki gendang telinga setiap insan yang masih larut dalam air mata mereka. Dari kejauhan nampak sosok Tuan dan Nyonya Park yang berlari dengan terburu-buru menuju ruang UGD dibelakangnya pun nampak orangtua Park Jimin.
"Jiminie, ada apa ini?" tanya Nyonya Park ketika dirinya sudah berhadapan dengan Jimin.
Jimin melirik lirih ke arah nyonya Park sebelum mengalihkan pandangannya ke arah pintu UGD, "Rosé, kecelakaan" lirih Jimin pada akhirnya.
Nyonya Park terdiam, ia menatap tak percaya ke arah Jimin dan perlahan merosot jatuh kalau saja tak di tahan oleh Tuan Park yang sama terpukulnya. Mata wanita itu terlihat begitu kosong dengan lelehan air mata yang tanpa permisi mengaliri pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are : Blackpink
FanfictionKisah ini bercerita tentang sebuah pengorbanan. Pengorbanan keempat gadis cantik untuk sebuah ikrar berharga bernama 'persahabatan'. Yang membangkitkan sebuah tembok kokoh yang melindungi mereka dari segala rasa sakit yang sungguh menyiksa. Karna ta...