Suara kicauan burung terdengar saling sahut menyahut membuat sedikit keributan di pagi hari yang cerah ini, memaksa sepasang mata yang semula tertutup kembali menampakkan sinarnya guna menyambut hari yang baru. Gadis itu merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku akibat semalam berbagi tempat tidur di sebuah sofa yang tidak terlalu besar dengan adiknya. Sebenarnya ia bisa saja meminta kasur tambahan, tetapi adiknya itu terus merengek minta ditemani maka jadilah keduanya bergelung di sebuah sofa yang sempit
Ia menatap ke sebelah memastikan sang adik tak tergangu dengan pergerakan yang baru saja dibuatnya. Perlahan gadis itu bangkit dari posisinya dan berjalan menghampiri sebuah ranjang yang mana terdapat seorang gadis cantik yang masih setia memejamkan matanya selama hampir 7 hari ini.
"Hey Rosé-ya, apa kabar? Hari ini cuaca sangat cerah apa kau tak berniat bangun?" tanya gadis itu yang hanya dibalas oleh mesin pendeteksi jantung yang setiap harinya setia menemani Rosé.
"Aku merindukanmu, kami merindukanmu. Aku mohon bangunlah meski hanya untuk sekali" lanjut gadis itu dengan suara parau mencoba menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Gadis itu mendongakkan kepalanya tak sanggup menghadapi kenyataan yang setiap harinya menghantam tubuhnya tanpa ampun.
"Bangunlah Rosé-ya, apa kau marah pada Jennie karena ia belum pernah menengokmu sampai detik ini, hum?. Apa kau kecewa padanya sehingga kau menyiksa dirinya dengan rasa bersalah yang sebenarnya tak harus ditanggungnya?. Aku mohon sadarlah dan hilangkan rasa bersalah di hati Jennie, aku mohon" ucapnya sambil mengengam tangan yang nampak lebih kurus dari biasanya dan tak sehangat biasanya.
"Jisoo-ya?" intsrupsi sebuah suara yang menyebabkan gadis itu secara reflek menoleh ke arah sumber suara.
"Jin-ah, sejak kapan kau masuk kesini?" tanya Jisoo sambil mengelap kasar wajahnya yang nampak berantakan.
"Baru saja, ngomong-ngomong apa kau tak berniat menbelikan bunga mawar baru untuk Rosé? Sepertinya bunga itu sudah mulai layu" ucap Jin sambil menatap ke arah tiga tangkai bunga mawar yang sudah kehilangan sebagian kelopaknya.
"Ah, kau benar. Kau akan mengantarku 'kan?" tanya Jisoo
"Tentu, Ayo" ajak Jin
"Sebentar, aku harus meminta izin Lisa terlebih dahulu" ucap Jisoo sambil menghampiri Lisa yang masih setia bergelung dalam selimut.
"Lisa-ya, aku dan Jin akan pergi sebentar untuk membeli bunga mawar. Kau tak apa 'kan aku tinggal sendirian?" tanya Jisoo lembut sambil menepuk pelan pipi tembam Lisa.
"Eung, Iya~" ucap Lisa dan mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah tembok yang sukses mengundang kekehan dari Jisoo.
"Kita pergi sekarang?" intrupsi Jin
"Oh, baiklah ayo" sahut Jisoo sambil mengandeng tangan Jin dengan ceria.
Keduanya pun berjalan ke arah pintu dan hendak membukanya. Tetapi alangkah terkejutnya Jisoo ketika mendapati sosok pria dengan beberapa memar menghiasi wajahnya tengah berdiri kokoh di depan pintu ruang rawat Rosé dengan sebuket bunga mawar di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are : Blackpink
FanfictionKisah ini bercerita tentang sebuah pengorbanan. Pengorbanan keempat gadis cantik untuk sebuah ikrar berharga bernama 'persahabatan'. Yang membangkitkan sebuah tembok kokoh yang melindungi mereka dari segala rasa sakit yang sungguh menyiksa. Karna ta...