Apakah aku akan baik-baik saja jika aku meninggalkan sesuatu yang berharga bagiku?. Ataukah aku hanya akan menghancurkannya bersamaan dengan hati yang mulai mati ini?
¤¤¤
Lagi dan lagi Jisoo harus kembali menginjakkan kakinya di tempat yang di namakan sebagai rumah. Matanya memandang kosong ke arah sebuah pintu megah yang dibuka oleh dua orang maid. Seokjin yang sedaritadi berada di sisinya menepuk bahu Jisoo pelan guna menyadarkan gadis itu dari lamunanbya.
Perlahan Jisoo memasuki bangunan megah itu, dapat ia lihat sang Ayah yang tengah menyesap tehnya di ruang tamu. Jisoo berjalan ke hadapan Ayah dan membungkukan badannya sedikit. Hal itu sukses mengambil alih atensi sang Ayah. Pria paruh baya itu nampak memperhatikan wajah Jisoo dengan seksama sebelum menaruh cangkir tehnya ke meja.
"Apa-apaan dengan wajahmu itu Jisoo-ya? Kau ingin mempermalukan ayah!" tanya ayah terdengar sangat dingin.
"Memangnya kenapa?, aku hanya ingin menunjukkan kepada ayah bahwa ayah telah berhasil membuat sahabat-sahabatku mulai membenciku" balas Jisoo tak kalah dingin.
"Kau ingin melawan ayahmu? Kau tau konsekuensinya bukan?" tanya ayah yang mampu membuat Jisoo mengerang frustrasi.
"Nona Kim" sahut ayah yang mampu membuat mata Jisoo membola terkejut.
Tak lama, datanglah seorang wanita cantik dengan pakaian formal dan juga tumpukan berkas di tangannya mendatangi ruang tamu, ia tersenyum tipis ke arah Jisoo yang masih terdiam terpaku melihat kehadirannya, "Saya disini tuan Kim. Oh nona Jisoo, apa kabar? "
Emosi Jisoo tiba-tiba memuncak dan tanpa sadar ia membentak sang ayah yang kembali menyeruput tehnya dengan tenang, "Apa-apaan ini ayah? Bukankah Bibi Kim harusnya libur sekarang? Apa kau lupa dengan janjimu?"
"Nona Kim, Seokjin tinggalkan kami berdua" perintah ayah. Bibi Kim dan Seokjin langsung membungkukan tubuh mereka sebelum meninggalkan Jisoo yang masih menatap nyalang ke arah sang ayah.
"Jelaskan padaku ayah!" teriak Jisoo marah.
"Pertama pelankan suaramu" ucap ayah yang mampu membuat Jisoo bungkam.
"Ayah hanya ingin mengujimu terlebih dahulu, apakah kau benar-benar menepati janjimu atau tidak. Ternyata, kau benar-benar melakukannya. Selain itu, ayah akan datang ke jamuan makan malam yang diadakan oleh seorang kolega yang penting dan tentu saja nona Kim harus ada disana, begitu juga dengan kau kurasa Seokjin sudah memberitahumu bukan?" jelas ayah panjang lebar.
Jisoo berdecih pelan dan hendak membuka mulutnya kembali sebelum ayah menyela, "Mulai sekarang kau harus sudah terbiasa menghadiri jamuan makan malam dengan kolega-kolega ayah sama seperti yang dilakukan Irene dan kali ini ayah tak segan-segan memberikan hukuman yang berat padamu jika kau menolak Jisoo-ya. Cepat pergi ke kamarmu, ayah sudah menyuruh beberapa maid untuk mendandanimu dan jangan berpikir untuk kabur Seokjin akan menjaga pintu kamarmu. Paham?" perintah ayah dan pergi meninggalkan Jiso.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are : Blackpink
FanfictionKisah ini bercerita tentang sebuah pengorbanan. Pengorbanan keempat gadis cantik untuk sebuah ikrar berharga bernama 'persahabatan'. Yang membangkitkan sebuah tembok kokoh yang melindungi mereka dari segala rasa sakit yang sungguh menyiksa. Karna ta...