Dimana ini?.
Mengapa disini begitu sepi?.
Apakah aku sudah berada di surga?.
Atau mungkin neraka?
Jisoo melangkahkan kaki telanjangnya tak tentu arah. Gadis itu sangat bingung ia tengah berada di tempat apa?. Ruangan ini begitu sepi, hingga rasa-rasanya gadis itu dapat mendengarkan bunyi napasnya sendiri. Samar,telinganya menangkap bunyi bergaung yang lama kelamaan semakin kencang.
Suara apa itu?, pikirnya kebingungan.
"Jisoo-ya bangunlah, maafkan Ibu Nak"
Ibu?.
"Bangunlah Nak, Ayah benar-benar menyesal"
Ayah?.
"Hey, bangunlah, aku mohon bangunlah Jisoo-ya"
Irene eonnie?.
Suara itu perlahan menghilang namun tiba-tiba saja sebuah cahaya menyilaukan berada dihadapan jisoo. Tanpa ia sadari kakinya mulai berlari ke arah cahaya tersebut dan ketika ia sampai cahaya itu bagaikan menelannya dan membawanya ke dalam sebuah perjalanan yang asing
¤¤¤
Mata itu perlahan terbuka, sedikit mengerjap-ngerjap guna menyesuaikan intensitas cahaya yang memasuki retina matanya, "Jisoo-ya!" pekikan itu langsung menyapa gendang telinga Jisoo. Sang Ibu langsung memeluk tubuh Jisoo diikuti sang Ayah yang membuatnya linglung. Tak mengerti apa yang sebenarnya baru saja terjadi.
"Akhirnya kau sadar juga Nak" ucap sang Ibu terisak pelan.
"A-aku dimana?" lirih Jisoo pelan
"Kau berada di Rumah Sakit Nak. Kau tak sadarkan diri selama 24 jam" lirih sang Ayah.
"Irene eonnie dimana?" tanya Jisoo melihat ke sekeliling ruangan.
"Hey, Jisoo-ya" ucapan lirih itu mengalihkan atensi Jisoo. Mata gadis itu terbelalak ketika melihat Irene yang tengah terbaring lemas di kasur yang berada tepat disebelahnya.
"Apa kau baik-baik saja?" lirih Irene
"Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padamu, mengapa kau bisa terbaring disitu?" tanya Jisoo
"Dia menolongmu Nak" ucap Ayah sambil mengusak lembut rambut Jisoo.
"Kenapa kau membahayakan dirimu sendiri demi aku!" teriak Jisoo tiba-tiba.
Irene tersenyum lirih ditatapnya sang adik yang perlahan menangis, "Bagaimana bisa aku membiarkan Adik yang aku sayangi mati konyol seperti itu?. Aku hanya ingin menebus semua dosaku padamu" ucap Irene.
"Hiks b-bodoh hiks dasar bodoh" ucap Jisoo disela-sela isak tangisnya.
Irene yang melihat sang adik yang tak hentinya menangis langsung bangkit dari tidurnya dan mencoba mendekati sang adik dibantu sang Ayah. Dibawanya tubuh sang adik dalam dekapan hangatnya diusaknya rambut sang adik dengan penuh kasih sayang. Ah, rasanya ia rindu melakukan hal-hal manis pada Adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are : Blackpink
FanfictionKisah ini bercerita tentang sebuah pengorbanan. Pengorbanan keempat gadis cantik untuk sebuah ikrar berharga bernama 'persahabatan'. Yang membangkitkan sebuah tembok kokoh yang melindungi mereka dari segala rasa sakit yang sungguh menyiksa. Karna ta...