Chapter 9

2.6K 278 30
                                    

Happy reading guys..
.
.
.

Amber pov'-'

Astaga apa yang aku rasakan ini. Kenapa jantung ku berdetak lebih cepat saat berhadapan dengan princes. Dan apa ini tangan ku pun serasa bergetar saat memegang tanganya.

"Amber sadarlah apa yang kau pikirkan dia hanya adik dari yeoja yang kau suka dan dia pun pacar dari sahabat mu sendiri amb."ucapku lebih kepada diriku sendiri.

"Amber.. kenapa hanya diam??" Tanya seseorang yang tak lain adalah princess. Tunggu dulu dia memanggil ku amber dan bukanya stupid??

"Hei apa yang kau pikirkan sih??" Pertanyaan itu pun sukses membuat ku mengalikan pandangan ku padanya dan aihhh.. terlalu dekat.

"Hei apa kau tak ingin makan??" Tanyaku sekedar basa basih agar tak terlihat canggung di depan nya dengan jarak sedekat ini.

"Tentu saja" wajahnya sedikit di palingkan dari ku. Apa karena ia begitu tak suka padaku hingga tak ingin memandang ku maybe aku tak terlalu memikirkan nya.

"Hmm princes ak-"

"Am-ber.. jessica huft.. huft.." suara vic unnie. Dengan cepat ku cari sumber suara yang ada di belakang ku tentu nya.

"Unnie ada apa dengan jessica??" Tanyaku mulai cemas. Tuhan ku harap bukan kabar yang buruk. Aku belum siap menerima semua nya.

"Ada apa dengan unnie ku " di saat yang sama krystal juga berteriak. Raut wajahnya pun tak kalah khawatir dengan ku.

"Sudah sebaik nya kita segera kesana" ucapku dan bergegas menuju ruangan di mana jessica di rawat.

Autor pov'_'

Dengan langka cepat amber menuju ruangan jessica. Raut wajah amber tekesan sangat dingin. Langkah nya pun semakin di percepat. Krystal pun juga sama.

Ruang koridor di penuhi dengan beberapa dokter yang tadi di menangani jessica. Para perawat berlarian menuju  ruangan jessica dengan tergesa gesa.

"Apa yang terjadi??" Tanya amber penuh dengan raut cemas.

"Biarkan kami mengurus nya" ucap dokter dengan tergesa gesa.

"Yaaaakkkkk... apa kalian tidak dengan aku sedang bertanya huh!!!" Teriak amber karena dirinya di hiraukan.

krystal yang saat itu sedikit kaget tapi dirinya memilih menangis di pelukan victoria.

"Kami mohon biarkan kami bekerja" ucap salah satu dokter.

"Amber diamlah. benar apa yang di katakan dokter sebaiknya kita menunggu saja" ucap victoria pelan sambil memegang lengan amber untuk mengguatkan nya.

"Unnie.. bertahanlah hiks.. hiks.." rancau tak jelas krystal karena teralalu erat memeluk victoria.

"An..nia u..nnie dia seda..ng tak sadar..kan diri unnie aku.. aku tak kuat melihat nya seperti ini hiks.. hiks.. kena..pa se..perti ini hisk.. hiks.."air mata amber mulai menetes tak mampu ia tahan lagi.

Ini pertama kali nya amber menangis di depan orang lain. Bukan hujan lagi yang menjadi tempatnya untuk menjatuhkan air mata kesedihan nya.

"Un-nie aku t-akut hisk.. aku takut jess unnie menin-galkan ku unnie aku tak sa-nggup unnie hisk hisk... hisk.." ucap krystal dengan nafas sekaknya karena terlalu banyak menangis.

"Soojung.. diamlah unnie mu tak apa apa dokter bisa menangani semua nya" ucap victoria sambil mengelus punggung krystal.

Pintu di mana jessica terbaring lemah telah di buka oleh dokter. Raut cemas dan khawatir tampak dari wajah yang menunggu proses pemeriksaan jessica.

The point of the rainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang