Chapter #2

34.8K 2.4K 96
                                    

Aku menatap keadaan sekelilingku dan mengangguk memberi aba-aba pada Bian supaya menyelinap masuk ke kamarku.

Tadi sore selesai pemotretan saat sunset aku memberitahu crew pemotretan dan juga Manager Bian bahwa dia capek dan ingin istirahat sekitar dua jam tanpa gangguan dan akan segera menyusul ke tempat acara pertemuan dengan sponsor kami.

"Astaga Ay... Aku sudah tidak sabar... Cepat buka..." ucap Bian seraya berbisik dan mengunci pintu begitu aku masuk.

"Jendela udah dikunci kan?" tanyanya lagi.

"Aman!" ucapku seraya berjalan ke meja lalu ke tempat tidur dimana Bian sudah menunggu dengan tidak sabar.

Matanya berbinar-binar saat aku berjalan mendekatinya.

"Woww... Menggiurkan Ay..." ucapnya seraya menjilat bibirnya yang merah saat aku membukanya.

"Lo pilih rasa cokelat ya? Okelah... Mana sini..." pintanya.

Aku melempar hand sanitizer rasa cokelat dan langsung ditangkap dengan sempurna olehnya.

"Kenapa tuh muka?" tanya Bian.

"Gue kira lo beli kondom di bandara tadi..." aku meringis dan kini gantian Bian yang melongo.

"Astaga Ay! Gue baru delapan belas tahun!" ucap Bian seraya menggetok kepalaku.

"Eh!!! Ga sopan sama orang tua lu ye!" teriakku keras.

"Ishhh... Umur aja yang tua! Muka sama kelakuan ga sejalan!" cibir Bian.

Aku melotot padanya.

"Eh... Eh... Mau dibawa kemana kepiting gue?!" pekik Bian seraya menarik tanganku.

"Ihhh... Lepas ga?!" perintahku.

"No! Elo udah janji ngijinin gue makan kepiting buatan lo kalau gue lulus sekolah!" ucap Bian seraya memegang piring yang berisi gule kepiting.

"Lo tega ya? Abang gue alergi kepiting makanya nyokab ga pernah masakin kepiting Ay... Dan pas gue gede, kaya raya giliran manager gue yang ngelarang biar gue ga kena kolesterol dan gendut! Lo juga mo ngelarang gue ? Padahal ini pertama kalinya gue makan kepiting Ay... Delapan belas tahun Ay..."

"Ishhhh... Nyesel gue janji sama elo! Ya udah deh... Habisin cepetan! Waktu lo dua jam!" ucapku akhirnya.

Kasihan banget hidup nih anak, sampai umur delapan belas tahun ga pernah makan kepiting yang enaknya dunia dan akhirat.

"Bukan gitu cara makannya! Gini nih..." aku menunjukkan contohnya dan diikuti Bian yang mencobanya.

"Ummmppphhh... Woahhh... Beneran Ay... Enak banget..."

"Pelan-pelan Bian... Masih ada waktu dua jam..." ucapku yang melihat dia seperti anak kecil.

Yah, dia memang masih anak-anak.

"Puas-puasin deh... Nikmatin aja sepuasnya... Gue senang kalau liat lo puas..." aku tersenyum kecil.

Jadi teringat dengan adikku yabg badung sekali.

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang