Karena kita berkencan...
Tiga kata yang terus bergema dikepalaku itu terasa semakin sesak saja.
"Lo kenapa Ayy?" Bian duduk disampingku seraya meneguk air mineral dingin.
"Buset badan gue jadi gosong!" protesnya seraya menggosok dadanya dan perutnya.
"Six pack..." gumamku seraya mengerucutkan bibirku. Sepintas tadi ada bayangan tubuh sexy dan perut six pack muncul diingatanku.
"Lo ngledekin gue??" Bian mencibir.
"Eh, wait! Kenapa muka lo jadi merah???!" aku menjitak kepala Bian dan berdiri dengan cepat.
"Eitttt!!!" Bian berdiri dan menatapku.
"Lo malu? Hahaha!!!" Bian tertawa keras.
"Apaan sih?!" aku menepis tangan Bian dan kembali duduk sambil merengut dan mengipaskan tanganku.
"Lo ngapain aja hayoooo sama abang gue??" Bian tersenyum dengan cengiran lebarnya.
"Ga ada!" bantahku cepat.
"Ishh!! Masih ga ngaku lagi... wajah lo tuh udah merah kaya' tomat! Hahahaha..." Bian tertawa keras seraya memegangi perutnya.
"Wait-wait!!!" Bian mengangkat tangannya saat aku akan memukulnya karena handphone pintarnya berbunyi.
Aku menepuk pipiku dengan kedua tanganku dan tanpa bercerminpun aku sadar kalau wajahku merah. Setiap mengingat kejadian sewaktu patah hati itu wajahku selalu memerah tiba-tiba dan jantungku berdetak cepat.
Aku suka Segara? Astaga, itu tidak mungkin!!!
"Ga mungkin! Dan kalo' iya pasti otak gue mengalami gegar otak!!" gumamku pada diri sendiri.
"Ternyata ada manfaatnya lo jadi pacar abang gue Ayy!" seru Bian seraya tersenyum lebar.
"Kita ga usah keluar makan siang! Dapat kiriman makan siang!!" Bian tersenyum ceria.
"Maksudnya?" aku bingung.
"Bang Segara memenangkan kasus lagi! Dan client-nya mengirimkan makan siang-"
"Jadi abang lo bisa dibayar cuma dengan makan siang?" kali ini aku menaikkan alisku tidak percaya.
"Ya elah!! Itu cuma tips-tips kecil kali..." Bian mengibaskan tangannya.
"Eh, tapi lo ga usah cemburu kalau ntar liat yang antar makanan ya..."
"Kenapa gue harus cemburu?!" aku mencibirkan bibirku kesal.
"Client bang Segara ganteng-ganteng sih... hihihi..."
"Sialan! Lo nyebelin banget sih Bian!!!" kesal akhirnya akupun memukuli Bian dengan agenda ditanganku.
"Ampun woi! Ampun!!" teriak Bian yang membuat para crew bukannya memisah kami tapi menertawakan kami berdua.
"Ehhmmm!!" suara berat yang menyela sesi pelampiasan kekesalanku pada Bian itu sambil menepuk bahuku.
"Apaan sih?! Kal-" aku terdiam saat melihat siapa orang yang menepuk-nepuk bahuku itu.
"Atta?" gumamku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)
Humor"Dasar Om-om mesum! Sukanya mainin hati cewek! Baru juga putus elo udah punya nenek grandong disini,Huh!!!" Byurrrr! "Rasain lo!" "Dasar cewek gila psikopat!" "Pak Segara...? Loh... Ayya? Ngapain kamu disini?"