Status : Engagement

12.7K 1.7K 129
                                    

"Pilihannya cuma ada dua sih Yang..." aku merasakan tubuh yang sedikit gemetar saat dia mengucapkan kata-kata itu dan aku sempat berpikir inilah akhir hidupku.

Bodoh!

Aku menggeleng kepala lagi saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

"Pilihannya itu kamu jadi istriku, atau aku jadi suami kamu. Kamu pilih yang mana?"

Pertanyaan jebakan yang membuatku seketika shock dan tidak bisa bicara apa-apa karena kagetnya.

Flash back on

"Pilihannya cuma ada dua sih Yang..." tubuh sedikit gemetar mendengar ucapannya, ini akhir dari hidupku.

Dia tersenyum lagi dan semakin mengeratkan pelukkannya padaku.

"Apa?" tanyaku pelan, tapi suaraku terdengar seperti orang tercekik.

Deg.

Jantungku berdebar kencang, tenggorokanku terasa kering begitupun bibirku terasa kering sehingga refleks aku membasahi bibirku dengan menggigiti bibirku dan menjulurkan lidahku dengan gugup.

"Pilihannya itu...," kenapa Segara terdengar lambat bicaranya, atau ini efek rasa takutku yang tahu kalau sebentar lagi aku akan mati. "kamu jadi istriku, atau aku jadi suami kamu. Kamu pilih yang mana?" tanyanya sambil tersenyum.

Kurasakan Segara bergerak dan sedikit melonggarkan pelukannya.

"Hah?!" aku mengedipkan mataku bingung.

Tadi dia bilang apa?

kamu jadi istriku, atau aku jadi suami kamu. Kamu pilih yang mana?

Wait, dia baru saja melamarku?

"Yang..." hanya itu yang mampu keluar dari bibirku, aku benar-benar tidak bisa bicara. Otakku terasa beku dan kaget.

Dia gay, tapi dia melamarku?

"Kamu me-la-mar ku?" tanyaku sedikit terbata.

"Wait! Kamu kesambet setan mana sih Yang?!" aku mengerutkan dahiku.

"Itu bukan jawaban Yang..." Segara tersenyum.

"Hmmm... ya udah..." aku menunduk saat kurasakan tangan kiriku sedikit terangkat dan kurasakan sesuatu yang dingin melingkar dijari manisku.

Benda berwarna putih dengan permata putih manis melingkar disana dengan cantik.

"I-ini..." aku membuka mulutku dan hanya mampu mengedipkan mataku.

"Aku sudah janji padamu, aku akan melamarmu kalau Mama sudah pulang..." bisiknya sambil mencium pucuk kepalaku.

"Aku bukan pria yang romantis... maafkan aku kalau lamaranku tidak romantis seperti di film-film..."

"Um-"

Kruuuukkkk...

"Eh?" Segara meringis menatapku.

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang