Kejutan Part. 3

12.5K 1.8K 201
                                    

"Stop-stop!" aku menjerit histeris saat Segara membelokkan mobilnya memasuki salah satu apartemen elit di kota ini.

"Yang! Ngapain sih kesini?!" protesku lagi karena Segara tidak menghentikan mobilnya.

"Kan tadi udah aku bilang sih Yang..." ucapnya santai.

"Apa?" aku mengerutkan keningku, mencoba mengingat apakah tadi Segara menyebutkan tempat ini sebagai tujuan kami.

"Astaga! Jadi kejutannya el- eh kamu mau beliin aku apartemen disini?!" aku mengedipkan mataku.

"Yang-"

"Matre banget sih!" protes Segara dan spontan aku mengedipkan mataku dengan cepat.

"Siapa yang matre sih! Nah terus apa dong?" aku menatap mobil-mobil mewah yang terparkir rapi di ruang basement ini.

"Emang kamu mau kalau aku belikan?" tanya Segara padaku. Aku menaikkan alisku, dia benar-benar membuatku bingung.

Pertama dia menyuruhku berpakaian sexy dan berdandan cantik, tapi aku hanya memakai celana jeans panjang dengan beberapa goresan disana-sini dan kaos kebesaran bertuliskan 'l'm free'. Berdebat, yah tadi kami sempat berdebat sampai akhirnya dia mengalah dan dia memakai kaos lengan panjang milik Bian yang ada di rumahku. Heran juga, kenapa dia tidak pulang saja dan mandi di rumahnya sendiri.

Kedua, dia membawaku ke apartemen elite dan mewah ini. Tadi dia bilang aku matre tapi setelah itu menawarkan padaku, apakah aku mau kalau dia membelikan untukku.

Jadi kejutannya apa?

Aku berjengit kaget saat tiba-tiba pintu mobil di sampingku terbuka.

"Bengong aja... yuk..."aku diam saja saat Segara meraih tanganku, lalu menggenggamnya di dalam tangannya yang besar dan hangat. Membawaku memasuki lift dan kami diam saja sepanjang lift itu bergerak naik.

Apa Segara benar-benar sudah berubah?

Lantai sembilan belas?

Ada apa disana?

Aku menunduk, mengamati Segara dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Dia terlihat bahagia dan ini sangat aneh.

"Aku jadi tambah ganteng ya?" dia menoleh sambil tersenyum. Jujur aku kaget saat dia menoleh, tapi segera saja kubuang pandanganku ke arah lain.

"Kamu suka gaun warna apa?" aku mengerutkan keningku.

Gaun? Buat apa?

"Memangnya akan ada pesta? Siapa yang punya acara?" aku menoleh pada Segara yang semakin misterius dan aku semakin ingin menjitak kepalanya karena sejak tadi dia terus saja tersenyum lebar. Tapi kalau dilihat lagi, dalam posisi seperti ini aku tidak akan bisa menjitaknya. Kenapa Segara terlihat menjulang tinggi ya?

"Kita," aku menaikkan alisku mendengar ucapan Segara.

"Kita? Kenapa?" tanyaku bingung.

Dia tersenyum lalu mencubit hidungku.

"Kita yang punya acara dong..." dia kembali tersenyum. Aku mengerutkan keningku, dia ini kenapa sih? Senyum terus dari tadi. Dia kesambet?

"Acara apa? Aku nggak ngerasa ulang tahun!" aku mencibir dan menarik tanganku yang ada dalam genggamannya.

"Eh-?" aku menoleh ke arah tanganku yang bukannya lepas malahan di genggam erat oleh Segara.

"Kita nggak usah undang banyak orang ya, aku nggak suka dikejar-kejar wartawan..."

"Wartawan? Emang kita mau ngapain sih?! Gaun, undangan..." aku berhenti berjalan dan menatap Segara.

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang