Chapter 28

663 32 10
                                    

"Kalau kita tidak bisa memiliki apa yang kita cintai cobalah untuk mencintai apa yang kita miliki" Ucap Caca sambil mengusap punggung Naura yang berada dalam pelukannya. "Lo masih punya kita Na, Nino pergi pasti untuk kembali dan semuanya buat lo, dia sayang banget sama lo"

"Kalau dia sayang, kenapa dia pergi ninggalin gue Ca"

"Percaya sama gue, Nino pasti balik, tenang aja" Azwa 'pun ikut angkat bicara.

"Udah Na, sekarang zaman udah canggih, lo gak perlu harus ngirim surat lewat burung buat dapet kabar dari dia" Sambung Daffa.

"Yaudah, mendingan kita pulang" Ucap Naura seraya menghapus kasar air mata yang membasahi pipinya. "Gue capek"

Mereka hanya mengehela nafas berat lalu mengikuti Naura menuju mobil dan meninggalkan bandara.

                     #####

Taburan bintang di langit membuat Caca dan Rey terkagum pada ciptaan sang pencipta alam yang indah, mereka kini berada di atas balkon tepatnya balkon kamar Caca sambil menatap langit.

"Kalau misalnya gue pergi ninggalin lo, apa lo bakalan nangis bombay kaya Naura" Ucap Caca, sedangkan Rey hanya diam tak mengindahkan perkataan Caca.

"Rey?"

"Hmmm?"

"Ham hem mulu, jawab kek"

"Lagian lo ngomongnya ngasal, males gue" Ketus Rey, lalu duduk di bangku santai sambil melipat tanganya didepan dada.

"Yaelah ngambek" Ucap Caca, lalu menghampiri Rey dan duduk disebelahnya sambil menyenderkan kepalanya dibahu Rey. "Kan misalnya doang si Rey"

"Emangnya lo bisa jauh-jauh dari gue"

"Gak bisa" rengek Caca. "Kan gak ada yang tau kedepannya Rey, siapa tau minggu depan gue udah gak ada, atau mungkin besok, bisa jadi sejam lagi, atau semenit lagi atau-" Ucapan Caca terhenti saat Rey membekap mulutnya.

"Berhenti ngomong yang gak jelas, ngerti!!! " Ancam Rey, sedangkan Caca hanya memutar bola matanya jengah lalu berdehem sebagai jawabannya.

"Eh mendingan kita main TOD" Usul Caca yang dibalas anggukan antusias oleh Rey.

"Pulpen Sya" Ucap Rey dan Caca segera mengambil pulpen dari meja belajarnya dan kembali lagi duduk diteras balkon kamarnya.

"Eh telmi banget si lo, kita kan main cuma berdua ngapain pake pulpen, kecuali mainnya se RT" gerutu Rey, Caca hanya menggeram kesal, ingin rasanya ia menjambak rambut Rey hingga botak.

"Ayo suit"

"Gue menang" Ucap Caca girang. "Truth or Dare ?"

Rey meletakan jarinya diujung dagunya seperti orang berfikir.

"Dare aja"

"Oke, sekarang lo telphon Viona dan bilang kalau lo masih suka sama dia"

Rey mengerjapkan matanya berkali-kali, mana mungkin ia berkata seperti itu pada nenek lampir.

"Ogah ah" Rey menggelengkan kepalanya cepat. "Bisa abis besok gue di Sekolah, yang lain aja dah"

"Tantangan tetaplah tantangan, sayangku" Ucap Caca dengan nada menyeringai.

Rey memberanikan diri mengambil ponsel disakunya lalu mencari nomor mantan tergilanya itu.

Hallo, Rey kenapa tiba-tiba telphon aku, kangen ya?

Emmm, Vi, gue masih suka sama lo

Apa tadi lo ngomong apaan? Lo masih suka sama gue? Omaygat, apa gue bilang lo tuh gak bisa jauh jauh dari gue, ngapain coba lu pacaran sama cewe lemot kaya Caca, mendingan sama gu-

Bestfriend loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang