Chapter 18- Disappointed

56 8 0
                                    

"Ah akhirnya selesai juga." ucapku sambil bersandar disandaran sofa.

Kulirik jam yang melingkar manis di pergelangan tanganku,jarum jam menunjukkan angka 9 pas.

What!! Ini sudah larut,mengapa aku tak menyadarinya.Sedangkan Kenzo dan Shasha masih asik bercengkerama,mengabaikanku bagai sampah tak berguna.

Menyebalkan,hei hei kalian aku ada disini.Apa aku makhluk tak kasat mata,sehingga kalian mengabaikanku.Asik sendiri,itulah yang mereka lakukan.

Dengan kesal aku membereskan buku ku yang berserakan dimeja,memasukan semuanya kedalam tas punggungku.

"Sha aku pulang dulu ya, udah larut ntar Decha khawatir." pamitku sambil berdiri,Shasha hanya melihatku sekilas,tersenyum,mengangguk lalu kembali ke aktivitas sebelumnya.Mengobrol kembali dengan Kenzo.Sialan bahkan Shasha tak memberiku ucapan 'hati-hati' atau kata-kata basa-basi lainya.

Keluar dengan perasaan tak enak hati dan kecewa,itu yang aku rasakan.Apakah sebegitu besar pengaruh Kenzo kepada Shasha,sampai aku yang seorang sahabatnya aku ulangi SAHABATNYA di abaikanya.

Setelah aku sampai didepan teras rumah Shasha,ku keluarkan ponsel dari saku celana.Dan segera mencari nomor Pak Lucas,untuk segera menjemputku.

Tut..tut..tut..nomor yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi..

Waduh kok tidak diangkat ya,apa Pak Lucas ketiduran.Wah kalo iya bahaya,bisa jalan kaki sampe rumah.Bukanya aku perempuan manja yang tak mau jalan kaki,tapi ini sudah sangat larut. Tidak bagus buat perempuan cantik seperti aku jalan sendirian, bisa bisa ditengah jalan dicegat preman kampung.Kan nggak banget kalo aku di apa-apain,apalagi kalo sampe diculik terus dijual keluar negri.Bayangin aja udah buat aku bergidik ngeri.

Oke kucoba sekali lagi siapa tau diangkat.

Tut..tut..tut..nomor yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa saat lagi...

Pak Lucas kau kemana sih? Lagi lagi kenapa Mbak Mbak operator yang ngangkat teleponku.Kuhentakkan kakiku frustasi,mondar mandir sana sini seperti orang gila.

Tuhan apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus berjalan kaki? Atau meminta Shasha mengantarku? Tapi itu tidak mungkin,Shasha tidak mempunyai kendaraan bermotor.Dia hanya memiliki sepeda,masa iya aku tega nyuruh Shasha nganter aku terus dia pulang sendirian.Lagi pula Shasha tidak akan mau repot repot mengantarku.

Kulemparkan pandanganku ke halaman rumah Shasha didepan sana terpakir motor ninja merah milik Kenzo,tiba tiba sebuah ide muncul di pikiranku.Mengapa aku tidak bareng Kenzo,lagian rumah kita kan searah.

Dengan hati berbunga bunga aku kembali masuk kedalam rumah Shasha,melesat cepat memasuki bagian tengah rumah Shasha.

Namun lagi lagi aku terpaku di ambang pintu,menyaksikan kemesraan Kenzo dan Shasha yang terpampang jelas didepan mataku.Apa yang mereka lakukan? Mengapa mereka berpegangan tangan? Sambil berpandangan pula? Seperti adegan di film film Indonesia,kalian tau kan? Bayangin sendiri okay.

Dan apa yang aku lakukan, mengapa mataku terasa panas.Apalagi hatiku,panas seperti matahari disiang bolong.

Setetes air mata meluncur begitu saja tanpa di komando,bahkan tanganku pun terasa lemas sehingga tak dapat menghapus tanda kelemahanku itu.Karena tak tahan segera kuambil langkah seribu,aku ingin pergi menjauh tak ingin melihat semua ini.

Broken Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang