Khawatir

86 3 1
                                    

Kenzo pov

Sudah hampir seperempat jam aku menunggu Aquene di pintu gerbang. Namun ia tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Membuat jantungku serasa diremas. Menunggu memang sangat menyakitkan. Tapi kenapa menyakitkan? Ada apa dengan diriku ini?

Bibirku dengan sendirinya menyunggingkan senyuman. Kusenderkan bahuku ke gerbang dan membayangkan wajah cemberut Aquene yang sangat.... Imut.

Saat sedang asik asik nya berimajinasi. Seseorang menepuk bahuku.

"Ken ngapain disini?"

Aku sedikit kaget. Namun aku segera menormalkan kembali ekspresiku. Masih dengan tersenyum lebar aku membalas pertanyaanya.

"Eh..Alfath aku sedang menunggu seseorang"

Alfath tersenyum. "Ayo masuk,apa kau tau. Kau sudah seperti orang gila berdiri sendirian disini. Mana sambil senyum senyum pula. Siapa sih yang sedang kau tunggu?"

Memang kawanku yang satu ini. Tingkat kekepoanya sangat tinggi sekali. Jika aku tak ingat bahwa ia temanku. Mungkin mulutnya bakal aku copot. Dan kuberikan kepada yang membutuhkan. Sumanto contohnya.

Aku mengibaskan tanganku mengisyaratkan supaya ia pergi duluan.

Dan dia akhirnya pergi meninggalkanku. Dengan kesal tentunya. Karena pertanyaanya tak kujawab. Pasti nanti dia bakal bergosip pada seluruh kelas.

Dan apa kalian tahu. Walaupun Alfath seorang lelaki tapi mulutnya. Sungguh seperti perempuan. Hobby nya menggosip sana sini. Hobby macam apa itu. Sebagai seorang pria seharusnya memiliki hobby bermain bola, basket, atau olahraga lainya. Tapi Alfath ini memang orang yang cukup unik dan langka.

Sehingga aku sedikit menjaga jarak darinya. Walau bagaimanapun aku tak mau menjadi bahan gosipan Alfath yang menurut anak anak selalu fresh and hot.

Mau muntah rasanya...

Kulirik arloji mahal yang melingkar dipergelangan tanganku. Waktu menunjukkan angka 07.13. Dan artinya kurang dari dua menit bel masuk akan dibunyikan. Otomatis pintu gerbang juga akan ditutup oleh satpam garang yang sedang menatapku sinis dari pos satpam.

"Kok agak lama ya" keluhku.

Kakiku terasa sangat pegal. Bermenit menit berdiri disini seperti orang gila.

Hanya demi..

Aquene..

Ya aku akui aku tertarik padanya. Tapi entahlah. Aku tak tau ini cinta atau bukan. Tapi jantungku selalu mempompa cepat saat berada didekatnya. Apakah itu sudah bisa dikatakan sebagai cinta.

Sepertinya belum..

Kembali aku melamun. Menerawang jauh menembus cakrawala. Senyum senyum sendiri sudah seperti orang gila baru.

"Nak jangan melamun. Nanti kesambet" tegur Pak satpam dengan suara beratnya.

Aku sedikit berjengit kaget saat tangan besar Pak Satpam menepuk bahuku. Hampir saja aku berteriak karena aku sangat kaget.

"Hehe" aku cuman cengengesan saja menanggapi teguran Pak Satpam.

Dan Pak Satpam hanya geleng geleng kepala.

"Yasudah sana ke kelasmu. Pintu gerbang akan bapak tutup"

"Yahh Pak kok ditutup. Teman saya belum datang"

"Ck..Masa saya harus nunggu teman kamu dulu. Itu namanya tidak profesional"

"Tap..tapi pak. Beri teman saya waktu satu menit lagi"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Broken Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang