[Aquene pov]
Setelah menyeka wajahku dengan air dingin di wastafel, seketika peningku hilang digantikan oleh rasa segar.
Kupatut diriku didepan cermin,cantik itulah yang aku lihat dari wajahku.Tapi kenapa Kenzo tidak tertarik padaku? Aku kurang apa?
Iss aku menggeleng kan kepala ku keras-keras,untuk mengusir pikiranku yang terpenuhi oleh Kenzo.
Jujur saat ini aku benar-benar bingung, hatiku menyukai dua lelaki sekaligus.Sebenarnya apa perasaanku untuk Kenzo? Apa aku mulai mencintainya seperti aku mencintai Aroon?
Benar aku mulai mencintai Kenzo,saat Kenzo dekat dengan Shasha hatiku penuh dengan api-api kecemburuan.Saat Kenzo mengabaikanku,hatiku sesak oleh perasaan kecewa.
Namun,saat Kenzo ada didekatku jantungku melompat-lompat kegirangan.Benar aku telah jatuh kedalam pesona Kenzo Julian Gebrino,tapi apa alasanya aku bisa mencintainya.Kenal saja baru beberapa hari,bisa-bisanya aku mengakui kalau aku sudah mencintainya.
"Hei cinta itu tidak butuh alasan,cinta datang begitu saja tanpa diminta." tiba-tiba perkataan Decha terngiang dikepalaku, benar cinta tak butuh alasan.
Lalu kulangkahkan kakiku ke pintu keluar,dan menarik hendel pintu.Bill sudah berdiri dihadapanku dengan memakai setelan yang sudah berbeda dengan yang tadi ia kenakan,dia memakai sebuah kemeja ungu yang lenganya digulung sampai siku.Juga memakai jeans belel berwarna hitam dengan beberapa robekan-robekan disisi depanya.
Handsome,pikirku.
"Kau mau pulang sekarang, atau terus memandangiku disini sampai sore." sindirnya.
Aku langsung gelagapan dan memalingkan wajahku kearah lain,ketahuan deh aku sedang mengagumi ketampananya malunyaaaa.
"Ya sekarang lah kak." ucapku sambil mencebikkan bibir.
Suara tawa keluar dari bibir Bill,membuatku semakin kesal dan malu."Ya sudah ayo tapi sebelum pulang kita jalan-jalan dulu ya." tatapan ku yang sebelumnya terarah keluar kaca jendala,sontak beralih menatapnya terkejut.
"Jalan-jalan? Aku sekolah kak!" seruku.
"Bolos satu hari tidak apa-apa kan,lagipula kakimu masih sakit." ujarnya sambil melirik sekilas kearah lukaku yang sedikit membiru,tapi ini tidak sakit sama sekali.
"Kakiku sudah tidak sakit lagi kak,cuman membiru saja." protesku.
"Iyalah sudah tidak sakit,saat kamu tidur aku mengoleskan sebuah salep." mataku melotot mendengar penuturanya.
Saat aku tidur? Dia mengoleskan salep di lututku? Sedangkan aku memakai celana pendek? Ah ya Tuhan apa yang semalam dia lakukan padaku,semoga dia tidak melakukan hal-hal buruk.
"Kakak nggak sopan banget sihh,aku kan sedang tidur.Kakak kok lancang pegang-pegang aku sihh." teriakku sambil mendekat ke arah Bill,lalu memukuli bahunya.
Tanganya menyilang untuk menangkis setiap pukulan yang kuarahkan padanya,saat aku mulai lengah dia menangkap tanganku dan menarikku mendekat kearahnya.
Nafasnya terdengar memburu, dadanya naik turun mengatur nafas yang tersengal-sengal.Mata melotot ku bertemu dengan mata teduh sipitnya.
Sesaat kami hanya saling menatap,Bill pun tak melepaskan cekalan tanganya pada pergelanganku.
Bill menghela nafas berat dan memulai pembicaraan."Dengar,aku bukan seorang pedofil.Yang memperkosa dan menjamahi tubuh anak di bawah umur,apalagi dia sedang tidur.Kau sudah kuanggap sebagai adikku,jadi mana mungkin aku berbuat tak senonoh padamu.Kau percaya kan?" aku mengangguk mengiyakan perkataanya seperti kerbau yang dicucuk hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Angel
Romance"Tak seorang pun tau,dibalik senyum manisku terdapat berjuta juta luka disana."~Aquene Smith~