BAB 4 - The Fabulous Eccentric Raccoon

1.2K 193 8
                                    



Aku menarik napas dalam-dalam kembali, entah untuk yang keberapa kalinya. Berulang kali kekalutan itu muncul di dalam kepalaku setiap kali mataku kembali tertuju pada berkas amplop coklat berisi surat kontrak yang masih tergeletak rapi di meja sebelah tempat tidurku.

Sudah lebih dari dua hari berlalu sejak pertemuanku dengan Xeno dan Mas Rava. Dan sudah sehari berlalu setelah aku menandatangani surat kontrak itu. Surat kontrak yang sudah ditandatangani oleh tiga pihak. Pihakku, pihak Xeno dan pihak Tia.

Seharusnya hati sudah sepenuhnya teguh dengan keputusanku, tapi nyatanya ketakutan itu masih ada-justru malah semakin membesar.

Aku sangat berharap aku tidak perlu menghabiskan banyak waktu dengan Xeno. Aku berharap bisa mengumpulkan banyak informasi tentangnya dari internet, kemudian meminta konfirmasi dari Mas Rava untuk kebenaran informasi-informasi itu. Lalu aku tinggal membuat biografi tentangnya. Aku cukup akan bertemu dengannya sesekali untuk memberikan draft dan meminta revisi untuk hal-hal yang tidak ia sukai dari naskah yang aku buat.

Tapi aku yakin aku tidak akan menyukai hasilnya. Aku tahu aku tetap harus melakukan kewajibanku semaksimal mungkin untuk hasil terbaik. Dan bukan seperti ini sikap yang dianggap professional di dunia kerja mana pun.

Haaah ... aku bertingkah seperti tikus penakut lagi, tikus yang lebih nyaman mengurung diri di dalam sarang karena takut bertemu dengan Si Kucing-bukan, Si Rakun. Si Rakun yang sayangnya tidak hanya terkenal, tapi juga tampan sekaligus jail.

Aku kembali menarik napas panjang. Sekarang sudah hari Selasa, dan Tia memberikanku waktu untuk membuat plot dasar atau outline sampai 3 minggu ke depan. Jadi setidaknya, aku harus melakukan riset dari semua media dan menyiapkan pertanyaan untuk kuajukan pada Xeno nanti.

Aku mulai memejamkan mata, kemudian mengangguk-meyakinkan diriku bahwa aku bisa melakukan ini dengan baik.

Dengan sikap semangat yang dipaksakan, aku mulai dari tempat tidurku dan berjalan menuju meja kerjaku yang berada di pojok kamar. Begitu aku duduk, aku mulai membuka laptop dan menghidupkannya. Sambil menunggu, aku meraih buku kecil dan pulpen.

Aku melirik jam dan menyadari bahwa sekarang sudah menunjukkan jam 9 malam. Setidaknya aku akan punya waktu sekitar 3-4 jam untuk di setiap hari kerja seperti ini.

Aku tidak mungkin bisa melakukan hal ini saat istirahat kerja.

Tidak boleh ada satu pun orang di tempat kerjaku yang harus tahu tentang hal ini. Kecuali Jessi. Aku tau pada akhirnya aku sendiri yang akan memberitahunya tentang ini. Dan aku tahu Jessi terlalu mengenalku dan tahu hal salah satu hal yang bisa membunuhku dengan cepat adalah dengan membuatku menjadi pusat perhatian orang-orang, terutama orang-orang di tempat kerja kami.

Pandanganku kembali tertuju pada layar laptopku. Lalu aku mulai mengetikkan 'Xeno Farnabas' di kolom pencarian.

Detik berikutnya halaman itu dipenuhi dengan foto-fotonya dan artikel yang mengikutkan namanya.

Tapi tetap saja, mataku pertama-tama langsung tertuju pada foto-fotonya.

Rasanya sungguh berbahaya mengetahui bahwa sosok aslinya justru lebih tampan dibandingkan dengan foto-foto ini. Di foto-foto ini ia memang sangat tampan, bahkan saat ia hanya mengenakan kaos putih lusuh dan polos, celana pendek dan sandal jepit-dengan latar belakang sebuah pasar lokal, bersebelahan dengan sapi-sapi yang sedang mengunyah ilalang.

Sosok yang aku lihat Sabtu lalu tentu saja lebih tampan. Apalagi saat itu ia berpenampilan begitu rapi-seperti model di majalah fashion Paris. Sekali pun kurasa penampilannya saat itu bukanlah stylenya, tapi style Mas Rava.

Peaceful Chaos (Equal #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang