BAB 32 - Last Confession

1.3K 136 78
                                    



"Boleh aku bertanya padamu?"

Terdengar gelak tawa Xeno.

"Bukannya itu yang sedang kamu lakukan sejak tadi, Jiji?"

Aku tidak mendengar suara jawaban, yang muncul hanya suara meringis malu-dariku. Karena ucapan Xeno memang benar. Ini interview, itu yang kami lakukan sejak tadi.

Lalu terdengar suara berdeham. "Ini sedikit melenceng dari topik." Suaraku begitu kecil, hingga aku harus menekan headset di telingaku lebih dalam untuk bisa mendengar lebih jelas rekaman itu.

"I'd love it." Xeno menjawab.

Suaraku tidak terdengar beberapa saat. Aku yakin saat itu aku begitu gugup. Dan kurasa sangat wajar hingga akhirnya aku sampai tidak menyadari kalau aku masih belum mematikan rekaman ini waktu itu.

"Aku ingin tau alasan sebenarnya kamu menginginkanku pergi ke sini. Ke Thailand, bersamamu," tanyaku pelan, terdengar sedikit menyesal karena benar-benar menanyakan hal itu padanya.

Tapi Xeno menjawabnya dengan mudah.

"Karena aku ingin pergi bersamamu." Ia menjawab. Dan aku masih bisa merasakan senyuman di dalam suaranya.

Suara meringis terdengar dariku, lagi. "Seriuslah, Xeno."

Xeno kembali terkekeh. "Aku serius."

Suaraku tidak terdengar selama beberapa saat. Dan tidak perlu pikir panjang untuk membayangkan situasi waktu itu. Jawaban Xeno tersebut terlalu meragukan untuk bisa langsung kupercaya.

"Kenapa?" aku akhirnya mendengar diriku bertanya.

"Karena aku menyukaimu." Xeno langsung menjawab, lagi-lagi dengan nada tenang itu. Dan seketika jantungku langsung berdetak keras, reaksi yang kurasa sama saat di dalam rekaman wawancara itu kuambil berbulan-bulan lalu.

Selama beberapa saat aku hampir lupa dengan waktu kini, bahwa sosokku masih duduk di dalam taksi, menuju bandara. Bukan berada di kamar hotel Phuket, Thailand, duduk di hadapannya sambil melontarkan pertanyaan-pertanyaan itu.

Aku memejamkan mata, kembali fokus pada rekaman itu.

"Kamu ... menyukaiku?" Nada ragu itu kembali terdengar di dalam suaraku.

"Ya." Xeno diam sejenak. "Dan kamu sepertinya bersikap sebaliknya," sambungnya

"Kamu pikir aku nggak menyukaimu?" aku mendengar diriku bertanya. Suaraku masih terdengar pelan, tapi aku tetap bisa menyadari nada kaget yang terbesit jelas di sana.

Xeno terkekeh. "No. Aku tau kamu menyukaiku, Jiji." Ada jeda sejenak.

"Kamu yang nggak menyukai dirimu sendiri," sambungnya.

Suaraku tidak lagi terdengar, agak lama. Dan lagi-lagi aku bisa dengan mudah mengerti ucapan Xeno barusan berhasil membuatku tidak bisa berkata apa-apa. Xeno memang benar dan aku ingat bahkan saat itu pun aku berpikiran yang sama.

"Karena itu aku perlu mendorongmu sedikit agar kamu bisa keluar," sambungnya lagi.

Kali ini aku benar-benar tertegun.

Ia sudah pernah mengatakan kalimat itu sebelumnya padaku. Dan aku tidak pernah bisa memahami maksud dari ucapannya tersebut waktu itu. Setidaknya sampai saat ini.

Sejak awal Xeno sudah tahu. Ia sudah tahu apa yang kutakutkan dan ia membantuku mematikannya.

Ya Tuhan ...

Peaceful Chaos (Equal #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang