07. Akhir Pendeta Berbulu Domba

1K 22 0
                                    

Hwe-thian Mo-li masih hendak membela Kui Ciang-kun, akan tetapi Kui Seng berkata. "Aku telah bersalah dan sudah sepatutnya dihukum mati sebagai pengkhianat. Biarlah aku menghukum diri sendiri sebagai pertanggungan-jawabku terhadap negara!"

Tiba-tiba dia mencabut dan menikamkan pedangnya ke dadanya sendiri. Dia roboh terkulai dan Hwe-thian Mo-li yang terkejut dan tidak sempat mencegah itu berlutut dan melihat bahwa nyawa panglima itu tidak mungkin dapat dipertahankan lagi. Pedang itu hampir menembus punggungnya.

"Hwe-thian Mo-li...... tolong...... tolonglah Li Ai......!" Dia terkulai dan tewas.

"Ah, mengapa dia putus harapan? Mungkin Sribaginda Kaisar dapat mengampuninya mengingat akan jasa-jasanya! Akan tetapi, semua telah terjadi !" kata Panglima Besar Chang dengan suara menyesal. Setelah dia mendengar alasan mengapa bawahannya ini sampai mau membebaskan tiga orang Pek-lian-kauw, kemarahan dan penasarannya mereda karena sebetulnya dia sayang kepada pembantunya yang gagah dan setia ini.

Hwe-thian Mo-li tidak bicara lagi melainkan melompat cepat lenyap dari situ. Ia harus pergi menolong Li Ai, ia sudah mendengar keterangan lengkap dari Kui Ciang-kun sebelum panglima itu tewas.

Panglima Besar Chang hanya menggelengkan kepalanya ketika isteri dan keluarga Kui Ciang-kun berlarian keluar sambil menangis. Ramailah seluruh penghuni gedung itu menangisi kematian Kui Ciang-kun. Panglima Chang lalu cepat memerintah anak buahnya untuk menyiapkan pasukan dan dia lalu menyuruh beberapa perwira bawahannya untuk membawa seribu orang pasukan menuju ke dusun Liauw-ning yang dia tahu merupakan sarang Pek-lian-kauw.

Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan cepat menuju ke dusun Liauw-ning. Ia merasa yakin bahwa penculik Kui Li Ai pasti merupakan komplotan tiga orang tokoh Pek-lian-kauw itu maka tanpa ragu lagi ia lalu berlari cepat sekali menuju ke sarang Pek-lian-kauw.

◄Y►

Pek-lian-kauw terkenal dalam sejarah sebagai sebuah di antara perkumpulan-perkumpulan yang menentang pemerintah dan sering mengadakan pemberontakan. Mereka itu berkedok sebagai sebuah perkumpulan agama campuran antara Agama Buddha dan Agama To, dan untuk mengelabuhi rakyat mereka menamakan diri sebagai pejuang yang memperjuangkan kemakmuran rakyat. Karena para pemimpinnya banyak yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, juga ada yang menguasai ilmu sihir, maka banyak juga rakyat, terutama golongan yang miskin, tertarik oleh janji-janji mereka dan membantu "perjuangan" mereka. Akan tetapi, pihak pemerintah dan juga para pendekar tahu apa yang tersembunyi di balik kedok perkumpulan agama itu.

Mereka itu membujuk rakyat miskin untuk ikut melakukan perampokan terhadap para bangsawan dan hartawan, dan melakukan pemerasan. Para pendekar mengetahui bahwa di balik kependetaan mereka, para pemimpin Pek-lian-kauw adalah orang-orang yang kejam, tamak akan harta benda, dan sebagian besar berwatak cabul dan suka mempermainkan wanita. Karena itulah, di mana pun mereka berada, selalu mereka ditentang para pendekar. Karena banyak rakyat miskin yang terbujuk membantu mereka, maka Pek-lian-kauw merupakan perkumpulan pemberontak yang cukup kuat dan besar, mempunyai cabang di mana-mana.

Dusun Liauw-ning mereka pilih menjadi cabang penting karena letaknya dekat dengan kota raja, di sebelah timur antara kota raja dan Thiang-cin. Yang memimpin cabang Pek-lian-kauw di Liauw-ning adalah Hoat Hwa Cin-jin, seorang berpakaian tosu berusia enampuluh tahun yang bertubuh tinggi besar bermuka hitam menyeramkan. Hoat Hwa Cin-jin ini dibantu oleh enam orang sutenya, dua di antaranya adalah Cin Kok Tosu berusia limapuluh dua tahun yang bertubuh pendek gendut bermuka seperti monyet, dan Cia Kun Tosu, berusia limapuluh tahun bertubuh kecil kurus bermuka tampan pucat.

Ketika Leng Kok Hosiang yang menjadi utusan Pek-lian-kauw pusat menghadap Kaisar untuk mengajak damai dengan syarat Pek-lian-kauw tidak akan ditentang, Hoat Hwa Cin-jin dengan para sutenya telah siap dengan anak buah mereka untuk menyerbu kota raja kalau-kalau Leng Kok Hosiang gagal atau ditawan. Akan tetapi, seperti telah diceritakan di bagian depan, gerakan mereka diketahui oleh Ouw-yang Sianjin yang melapor ke kota raja dan Panglima Besar Chang mengutus Panglima Kui memimpin pasukan menyerang orang-orang Pek-lian-kauw itu.

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang