33. Kegelisahan Hati Pangeran Bouw

733 15 0
                                    

"Hemm, Siauw Kim, apakah engkau pernah bertemu dengan murid keponakan Gurumu itu?" desak Siang Lan.

Siauw Kim menggelengkan kepalanya dan lagi-lagi ia mengerling kepada Chang Hong Bu yang ikut mendengarkan.

"Nah, kalau begitu kuperkenalkan. Dia inilah putera pangeran yang bernama Sim Tek Kun dan ini adalah isterinya, Ong Lian Hong adikku," kata Siang Lan sambil menudingkan telunjuknya kepada Tek Kun.

Tentu saja Siauw Kim terkejut bukan main dan ia pun cepat menjura dengan hormat kapada Sim Tek Kun dan Ong Lian Hong.

"Ah...... kiranya Paduka......"

"Hushh, jangan menyebut Paduka kepada suamiku, Siauw Kim," kata Lian Hong. "Bagaimanapun juga, engkau masih merupakan adik misan seperguruan dari suamiku. Engkau dan suamiku satu perguruan, sama-sama murid Kun-lun-pai, maka engkau adalah Sumoinya (Adik Perempuan seperguruan) dan suamiku adalah Suhengmu (Kakak laki-laki Seperguruanmu)."

"Ah, mana saya pantas menjadi adik seperguruan beliau......?" bantah Siauw Kim dengan sungkan.

"Sumoi Siauw Kim, jangan bersikap begitu. Isteriku benar, bagaimanapun juga engkau adalah murid mendiang Susiok Kim-gan-liong, berarti engkau adalah Sumoiku dan aku adalah Suhengmu."

Siauw Kim merasa terharu bukan main. Sambil mengusap air matanya, ia berkata. "Ah, engkau sungguh seorang yang berbudi mulia dan isterimu juga seorang yang baik sekali, Suheng. Ternyata benar seperti yang diceritakan mendiang Suhu, bahwa Suheng seorang bangsawan tinggi akan tetapi berwatak seorang pendekar sejati."

"Pangeran...... terimalah hormat dan terima kasih kami!" kata Kakek Lim Bun sambil menjura dengan hormat.

"Cukup, Kakek Lim Bun, tidak perlu memakai banyak peradatan," kata Sim Tek Kun. "Akan tetapi, Sumoi, aku masih merasa heran dan tidak mengerti, apa maksud mendiang Susiok Kim-gan-liong menyuruh engkau dan kakekmu datang kepadaku. Apa yang dapat kami lakukan untukmu?"

Mendengar pertanyaan ini, Siauw Kim tampak bingung dan ia saling berpandangan dengan kakeknya, lalu dengan suara lirih ia berkata. "Suheng...... Suhu hanya berpesan agar kami menghadap suheng dan...... dan mohon petunjuk dan menolong kami...... ah, saya...... saya tidak tahu harus bilang apa......"

Kakek Lim Bun segera membantu cucunya. "Pangeran, saya mohon dapat diberi pekerjaan. Pekerjaan apa saja, yang penting kami berdua mendapatkan tempat tinggal dan dapat makan setiap hari......"

Siauw Kim memotong ucapan kakeknya. "Suheng, kami berdua tidak membutuhkan yang berlebihan. Kami hanya butuh pekerjaan yang tetap agar kami berdua tidak perlu lagi merantau tanpa tempat tinggal yang tetap dan minta-minta sumbangan untuk biaya hidup kami sehari-hari. Saya siap untuk membantu keluarga dan rumah tangga Suheng, menjadi pelayan misalnya...... dan kakek saya juga dapat membantu, menjadi tukang kebun atau apa saja. Kami tidak takut bekerja keras......"

Semua orang terharu mendengar ucapan gadis yang lugu dan bersemangat itu. Chang Hong Bu yang sejak tadi mendengarkan dengan penuh perhatian merasa kasihan akan tetapi juga kagum.

Baru sekali ini dia bertemu seorang gadis dusun sederhana yang demikian gagah berani, jujur dan bersemangat tinggi menjaga nama dan kehormatannya, juga tidak segan untuk bekerja keras agar dapat menghidupi dirinya sendiri dan kakeknya. Benar-benar seorang gadis yang walaupun belum terlalu tinggi ilmunya, namun sudah memiliki jiwa pendekar!

"Aih, kebetulan sekali!" tiba-tiba Siang Lan berseru. "Hong-moi, sebentar lagi engkau akan membutuhkan bantuan orang yang dapat kaupercaya sepenuhnya. Tiga-empat bulan lagi saja engkau sudah harus menjaga dirimu baik-baik. Bagaimana kalau kalian menerima Siauw Kim membantumu di sini? Adapun kakek Lim Bun tentu saja dapat membantu mengawasi para pelayan di gedung ini!"

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang