07. Penyesalan Jago Tua Kim-gan-liong Cin Lu Ek

1.2K 27 0
                                    

"HAYO lekas antar aku ke tempat penahanan gadis Siauw Kim yang digadaikan!" bentak nona pendekar ini.

Penjaga itu dengan tubuh menggigil lalu mengantarnya ke dalam gedung, di mana terdapat banyak sekali permpuan-perempuan muda yang cantik-cantik. Memang, gedung ini merupakan semacam "Harem" (keputren atau tempat di mana selir-selir berkumpul) yang penuh dengan perempuan-perempuan cantik. Banyak di antara mereka ini yang dulunya juga menjadi "barang tanggungan" atau gadis-gadis yang digadaikan oleh orang tuanya yang miskin.

Siauw Kim masih merupakan barang tanggungan yang belum menjadi hak milik hartawan itu, maka ia masih dikurung di dalam sebuah kamar beserta tiga orang gadis lain. Ketika Siang Lan membuka kamar kurungan itu, ia mendapatkan empat orang gadis itu sedang menangis sedih.

"Yang mana di antara kamu yang bernama Siauw Kim?" tanya Siang Lan.

Seorang gadis yang manis dan agak kurus maju ke muka dan Siang Lan segera memegang lengannya. "Jangan takut adik yang baik, mari kuantar kau pulang! Semua orang yang berada di sini bukan atas kehendak sendiri, boleh pulang sekarang juga!"

Sambil berkata demikian, Siang Lan membagikan beberapa potong uang kepada mereka yang mau pulang dan mengantar mereka itu keluar dari gedung. Tak seorangpun penjaga berani menghalangi mereka ini. Tujuh orang permpuan muda ikut keluar untuk pulang ke rumah masing-masing.

Setelah berada di luar, Siang Lan berkata kepada orang-orang yang berdiri di pinggir jalan, "Yang merasa punya barang digadaikan di sini, boleh ambil saja. Barang-barang itu sudah kukeluarkan di pinggir jalan!" Demi mendengar ucapan ini, orang-orang itu lalu menyerbu rumah gadai itu, yang jujur mengambil barang-barangnya sendiri, yang curang lalu mempergunakan kesempatan itu untuk mengambil barang apa saja yang berharga, tidak perduli barang-barang itu bukan miliknya.

Siang Lan lalu mengantarkan Siauw Kim pulang. Kakek Lim Bun dan keluarganya menerima kedatangan Siauw Kim dengan tangis riuh dan penuh keharuan. Ketika mereka mengangkat muka, ternyata gadis itu telah pergi dari situ dan di dekat mereka terdapat setumpuk uang perak. Mereka hanya dapat berlutut ke arah pintu rumah dan mengucapkan terima kasih di dalam hati mereka.

Uang perak sekantong penuh yang diambilnya dari dalam rumah gadai itu oleh Siang Lan habis disebar-sebarkan di rumah-rumah kecil dalam kota Kang-leng. Malam harinya, ketika tikoan sedang tidur, bagaikan bayangan iblis, Siang Lan melayang turun dari genteng dan langsung memasuki kamar tikoan itu.

Tikoan ini lelah sekali karena siang hari tadi ia telah mengerahkan para penjaga kota untuk menangkap-nangkapi orang-orang yang mengambil barang-barang dari rumah gadai yang telah terbuka oleh Siang Lan dan kini di tempat tahanan penuh orang-orang yang sampai empat puluh orang lebih jumlahnya.

Ketika tikoan itu melihat bayangan berkelebat di dalam kamarnya, ia cepat bangun dan membuka kelambunya. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat seorang gadis yang cantik jelita dan memegang pedang berkilau, telah berdiri di depan tempat tidurnya dengan mata tajam mengancam.

"Jangan berteriak kalau tidak ingin mampus!" kata Siang Lan. "Sungguhpun kau ini seorang pembesar yang sudah patut dipenggal lehernya! Kau tahu bahwa Siong Tat berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat kecil. Dan apakah yang kau lakukan sebagai pembesar yang seharusnya melindungi rakyat? Kau bahkan bersekutu dengan jahanam Siong Tat, menerima uang sogokannya dan selalu membelanya dalam semua perkara. Sekarang kau berani lancang menangkapi orang-orang yang mengambil barang-barang mereka sendiri dari rumah gadai. Apakah kau ingin mati?"

Siang Lan menggerak-gerakkan pedangnya di depan muka pembesar itu sehingga pedangnya mengeluarkan cahaya berkilauan.

"Ti........dak.....lihiap...... ampunkan aku ........jangan kau bunuh ........aku akan melepaskan semua tawanan itu, sekarang juga!" kata pembesar itu yang sudah tak bersemangat lagi karena semangatnya telah berlari pergi meninggalkan tubuhnya saking takutnya.

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang