04. Guru Silat Kiriman

1.5K 28 0
                                    

KAKEK itu melangkah maju lagi penasaran. "Apakah salahnya kalau aku menyentuhmu, memelukmu? Apakah dulu ketika kau masih kecil tidak kugendong-gendong, kuciumi dan kupeluk? Lian Hong, janganlah kau bersikap seaneh ini. Ibumukah yang mengajarmu bersikap sekurang ajar ini terhadap ayahmu sendiri?"

Sambil berkata demikian, ia melompat maju dan memegang lengan tangan Lian Hong lalu hendak memeluknya. Sikap gadis yang luar biasa cantiknya ini telah merangsang hatinya dan membuatnya mata gelap saking besarnya nafsu jahat bergelora di dalam dadanya. Hartawan ini pernah belajar ilmu silat maka ia berhasil menangkap tangan Lian Hong, akan tetapi sekali gadis itu menggetakkan lengannya, ia dapat melepaskan tangan itu dan kini ia tak dapat menahan sabarnya lagi. Ia berdiri dengan mata bersinar-sinar dan muka merah karena marah.

"Tua bangka! Kau masih tidak malu menyebut aku sebagai anakmu? Aku bukan anakmu! Kau kira aku tidak tahu akan hal ini? Aku adalah anak dari Pat-jiu Kiam-ong Ong Han Cu, seorang pendekar gagah perkasa, bukan seorang bandot tua gila perempuan macam kau!"

Bukan main kagetnya hartawan itu mendengar ucapan ini. Ia merasa kaget dan juga marah sekali karena ia amat terhina. Sambil menudingkan telunjuknya ke arah muka gadis itu, ia berkata, "Bagus, tentu ibumu yang telah berlancang mulut dan membuka rahasia kebusukkan ini! Sungguh tidak tahu malu! Bagus sekali kalau kau sudah tahu bahwa kau adalah anak dari seorang perampok, seorang liar hina dina, seorang petualang miskin. Kau tentu tidak mengira bahwa kau adalah hasil perjinaan dari bangsat perampok itu dengan ibumu yang tak tahu malu ....."

"Plak!!" tiba-tiba tubuh hartawan itu terhuyung ke belakang dan dari mulutnya mengalir darah. Secepat kilat tangan Lian Hong tadi telah menampar mulutnya, membuat bibirnya pecah dan mengeluarkan darah.

"Bangsat tua bangka!" Lian Hong memaki dengan marah sekali. "Kalau kau tidak lekas menarik kembali ucapanmu yang busuk dan minta ampun, aku akan membunuhmu!"

Kembali kedua tangannya bertubi-tubi menyerang, membuat tubuh ayah tirinya itu terguling-guling dan kakek bandot tua itu berkuik-kuik menjerit kesakitan.

"Hayo lekas minta ampun!" seru Lian Hong sambil memukul lagi. Biarpun gadis ini baru berusia empat belas tahun namun ia telah mempelajari ilmu silat tinggi sehingga tenaganya sudah besar dan lihai sekali. Kalau ia mau, dengan sekali pukul ia dapat mengirim nyawa bandot tua itu ke neraka, akan tetapi Lian Hong masih teringat bahwa hal ini akan menimbulkan kegemparan.

Pada saat itu, muncullah Bwe Kim yang mendengar suara suaminya menjerit-jerit, seperti anjing dipukul. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat bahwa yang menghajar suaminya adalah Lian Hong.

"Lian Hong .... jangan ...!" teriaknya sambil menubruk dan merangkul anaknya.

Dengan napas terengah-engah saking marahnya, Lian Hong berkata.

"Biarlah ibu ...... bangsat tua bangka ini telah menghina ibu dan ayah .... biar kuhajar dia sampai mampus!"

"Jangan, Lian Hong, sabarlah .... amat memalukan kalau terdengar oleh orang lain ...."

Sementara itu, hartawan yang tadinya bergulingan di atas lantai, ketika mendapat kesempatan, lalu bangun berdiri.

"Baik sekali!" katanya dengan marah sambil menuding ke arah isterinya. "Orang-orang tidak tahu diri, tidak kenal budi dan tidak tahu malu! Aku sudah menolongmu dari seorang janda hina dina yang mempunyai anak, aku telah mengangkatmu menjadi isteriku yang terhormat. Sekarang kau lakukan hal ini terhadapku, bagus! Aku akan ceraikan kau, dan kalian boleh mengikuti perampok hina dina itu ...."

Akan tetapi tiba-tiba Lian Hong memberontak dari pelukan ibunya dan sekali gadis ini mengirim pukulan ke arah iga ayah tirinya, robohlah bandot tua itu dengan mata mendelik dan pingsan. Bwe Kim menjerit, akan tetapi Lian Hong lalu menarik tangan ibunya.

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang