21. Dua Hati Mulai Berbicara

818 17 0
                                    

"Chang Kongcu, Panglima Chang dalam suratnya minta bantuanku untuk ikut mencari pembunuh yang melakukan pembunuhan terhadap enam orang pejabat tinggi di kota raja. Dan dia menulis bahwa engkau dapat memberi penjelasan kepadaku tentang semua peristiwa yang terjadi di kota raja. Sebetulnya, peristiwa penting apakah yang terjadi sehingga Chang Goan-swe (Jenderal Chang) sampai minta bantuanku?"

Hong Bu lalu bercerita tentang pembunuhan-pembunuhan itu dengan jelas. "Pembunuhan terhadap enam orang pejabat tinggi itu merupakan peristiwa gawat sehingga menarik perhatian Sribaginda sendiri. Paman Panglima mendapat tugas untuk mencari dan menemukan pembunuh-pembunuh itu."

"Kenapa begitu penting dan apakah ada banyak pembunuh?"

"Menurut penyelidikan, enam orang yang terbunuh itu adalah para pejabat tinggi yang setia kepada Sribaginda Kaisar sehingga pembunuh ini berbau pemberontakan atau setidaknya ada usaha untuk melemahkan pemerintah maka para pejabat tinggi yang setia dibunuh. Menurut perkiraan, yang membunuh enam orang pejabat itu ada tiga orang karena kematian mereka dengan tiga cara yang berbeda."

Pemuda itu lalu menceritakan secara rinci penyebab kematian enam orang itu. Dua orang mati dengan leher terpenggal, dua orang dengan dada tertembus dan berlubang, sedangkan yang dua lagi mati dengan isi kepala hancur tanpa ada luka.

Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan mengerutkan alisnya. "Hemm, kalau begitu pembunuhan-pembunuhan itu ditujukan kepada para pembantu setia Sribaginda Kaisar dan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Aku tidak akan merasa heran kalau kemudian diketahui bahwa pembunuh-pembunuh itu adalah orang-orang Pek-lian-kauw. Perkumpulan itulah yang biasa memberontak dan mereka memiliki banyak orang pandai."

"Paman Panglima juga berpendapat demikian, Nona. Akan tetapi kalau mereka itu orang-orang Pek-lian-kauw, bagaimana mereka dapat bergerak bebas di kota raja? Mereka tidak mungkin dapat bersembunyi di rumah-rumah penginapan karena semua sudah diperiksa dan digeledah."

Tiba-tiba terdengar suara gaduh, lalu mereka berdua dikejutkan suara yang bergema nyaring, datangnya dari arah pintu perkampungan itu.

"Hwe-thian Mo-li! Keluarlah engkau untuk menerima pembalasan kami!"

Dengan gerakan ringan dan cepat sekali Siang Lan melompat keluar, diikuti oleh Hong Bu. Mereka segera melihat dua orang kakek berpakaian seperti pendeta yang diiringkan sepuluh orang anak buah mereka.

Hwe-thian Mo-li terkejut karena ia mengenal dua orang kakek itu dengan baik. Mereka adalah Hoat Hwa Cin-jin, tokoh Pek-lian-kauw dan yang lain adalah Hwa Hwa Hoat-su yang merupakan datuk sakti dari Pek-lian-kauw. Tentu saja sepuluh orang di belakang mereka itu adalah para anggauta Pek-lian-kauw. Melihat mereka, Hwe-thian Mo-li segera berseru kepada para wanita anggauta Ban-hwa-pang yang sudah berlarian menuju ke situ.

"Kalian semua mundur dan jangan turut campur!"

Ia melarang anak buahnya untuk ikut menghadapi dua orang tokoh Pek-lian-kauw dan anak buahnya karena maklum bahwa anak buahnya yang belum lama ia latih ilmu silat, bukanlah tandingan orang-orang Pek-lian-kauw sehingga kalau mereka maju melawan, sama saja dengan bunuh diri!

"Siapa mereka, Nona?" bisik Hong Bu yang belum banyak pengalaman.

"Mereka adalah tokoh-tokoh Pek-lian-kauw," jawab Siang Lan dan dengan tenang dan tabah ia melangkah maju menghampiri duabelas orang itu, diikuti Hong Bu yang terkejut dan waspada ketika mendengar bahwa mereka itu adalah orang-orang Pek-lian-kauw.

Kini dua orang muda itu sudah berhadapan dengan duabelas orang Pek-lian-kauw itu. Hwe-thian Mo-li segera menegur dengan suara nyaring.

"Kiranya Hwa Hwa Hoat-su dan Hoat Hwa Cin-jin! Hemm, kalian berdua pemberontak-pemberontak Pek-lian-kauw, datang ke Ban-hwa-kok ini mau apakah?"

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang