36. Lukisan Perempuan Misterius

741 17 0
                                    

Bagi Bouw Cu An memang serba salah. Kalau dia tidak membela ayahnya di pengadilan tidaklah pantas karena dia putera tunggal Pangeran Bouw Ji Kong. Kalau membelanya, apanya yang harus dibela karena jelas ayahnya telah melakukan kesalahan besar, yaitu pemberontakan. Maka dia memilih lebih baik pergi dan dia hanya mengharapkan kebijaksanaan Panglima Chang Ku Cing untuk meringankan hukuman terhadap ayahnya yang pada akhirnya menyadari akan kesalahannya dan membantu pemerintah menjebak para pemberontak.

Penjagaan yang dilakukan para komandan dengan pasukan mereka amat ketat. Bukan hanya di pintu gerbang saja diadakan penjagaan dan penggeledahan pada setiap orang yang keluar masuk, akan tetapi juga di sekeliling tembok kota raja diadakan perondaan yang ketat sehingga agaknya tidak mungkin ada orang dapat membawa Kaisar yang terculik keluar dari kota raja!

Juga para pendekar muda mencari dengan teliti, akan tetapi sampai beberapa hari lamanya tidak ada jejak ditinggalkan penculik itu. Penculik dan kaisar yang diculiknya bagaikan lenyap ditelan bumi!

Ketika Panglima Chang Ku Cing sendiri, ditemani Nyo Siang Lan, mengunjungi gedung tempat tinggal Pangeran Bouw Ji Kong untuk bertanya kepada pangeran bekas pemberontak itu, mereka disambut wajah duka dari Nyonya Bouw.

"Thai-ciangkun, kami sekeluarga di sini sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan Sribaginda Kaisar karena suami saya sendiri juga menghilang dan kami tidak tahu ke mana perginya."

Panglima Chang Ku Cing mengerutkan alisnya. "Pangeran Bouw Ji Kong menghilang? Sejak kapan dia menghilang?"

"Sudah tiga hari."

"Tiga hari? Kalau begitu bersamaan waktunya dengan diculiknya Sribaginda Kaisar?"

"Begitulah, Thai-ciangkun. Kami khawatir sekali......"

"Hemmm......!" Panglima Chang Ku Cing tentu saja menjadi curiga dan menduga bahwa tentu terculiknya Kaisar itu merupakan perbuatan pangeran itu pula.

Agaknya Nyonya Bouw memaklumi isi hati panglima itu karena ia sambil menangis berkata, "Thai-ciangkun, mohon jangan curigai suami saya. Sungguh, saya berani bersumpah bahwa suami saya pasti tidak terlibat dalam penculikan Sribaginda Kaisar itu! Suami saya sudah benar-benar menyadari kesalahannya. Ahh, saya bingung sekali, Thai-ciangkun. Kalau saja Cu An berada di sini......" Nyonya itu menangis sedih.

Tiga orang wanita pelayan yang berada di situ ikut menangis walaupun tanpa suara melihat nyonya majikan mereka menangis sedih. Terdengar suara batuk-batuk dan ketika Panglima Chang Ku Cing dan Siang Lan menengok, mereka melihat di sudut ruangan itu seorang kakek sedang membersihkan perabot dalam ruangan itu dengan sehelai kain. Melihat panglima itu menoleh kepadanya, kakek yang usianya sudah sekitar tujuhpuluh tahun itu segera membungkuk.

"Mohon maaf, Thai-ciangkun, hamba sekalian para pelayan merasa ikut berduka dengan Hu-jin...... ugh-ugh......" Dia kembali terbatuk-batuk kecil.

Panglima Chang Ku Cing memandang kakek itu pernuh perhatian, demikian pula Siang Lan. Kakek yang sudah tua itu bertubuh kurus dan lemah, akan tetapi bekerja dengan teliti, dan sikapnya menghormat.

"Bouw Hujin, siapakah dia?" tanya Panglima Chang kepada Nyonya rumah sambil menunjuk ke arah kakek itu.

"Dia itu Kakek A-kui, pelayan kami yang setia," jawab Nyonya Bouw lirih namun suaranya jelas mendukung sehingga kecurigaan panglima itu dan Siang Lan lenyap.

"Apakah tidak ada tanda-tanda akan hilangnya Pangeran Bouw? Apakah sebelumnya dia mengatakan sesuatu kepadamu?"

"Tidak ada yang aneh, Chang Thai-ciangkun. Semua biasa-biasa saja dan tiba-tiba, ketika saya bangun pagi, dia sudah lenyap dan tidak ada yang tahu ke mana dia pergi, sampai sekarang tidak ada beritanya. Akan tetapi sekali lagi, mohon jangan menyangka bahwa dia terlibat dengan terculiknya Sribaginda Kaisar, Thai-ciangkun. Saya yakin bahwa dia tidak bersalah......"

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang