20. Pemuda Murid Siauw-lim-pay

795 19 0
                                    

"Nanti dulu!" Tiba-tiba Sim Tek Kun memotong. "Lembah Selaksa Bunga? Saya pernah mendengar tentang itu, kalau tidak salah, dulu ada Ban-hwa-pang (Perkumpulan Selaksa Bunga) di lembah itu, dan pemimpinnya adalah seorang she (marga) Siangkoan yang amat lihai yang dijului Si Tombak Maut. Lembah Selaksa Bunga itu berada di puncak Ban-hwa-san (Bukit Selaksa Bunga), sebuah di antara bukit-bukit yang menjadi bagian dari Lu-liang-san."

"Bagus!" kata Panglima Chang girang. "Nah, Hong Bu, engkau sudah mendengar sendiri. Nanda Sim Tek Kun berdua isterinya kami minta bantuannya untuk ikut menyelidiki siapa yang melakukan pembunuhan itu, dan engkau pergilah ke Lu-liang-san, cari Lembah Selaksa Bunga dan temui Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan. Aku akan membuat Surat untuknya. Nah, mari kita pulang, engkau cepat berkemas dan bawa suratku."

Panglima Chang lalu berpamit kepada Pangeran Sim, putera dan mantunya, dan bersama keponakannya kembali ke gedungnya. Setelah panglima itu pergi, Sim Tek Kun dan Ong Lian Hong membuat persiapan untuk mulai melakukan penyelidikan tentang pembunuhan-pembunuhan itu.

◄Y►

Chang Hong Bu adalah seorang pemuda yang yatim piatu. Ayahnya, adik Panglima Chang Ku Cing, juga seorang perwira tinggi yang gugur dalam perang melawan pemberontak di utara. Ibunya juga meninggal dunia karena sakit sehingga Chang Hong Bu menjadi yatim piatu. Sejak kecil dia lalu ikut pamannya yaitu Panglima Chang Ku Cing.

Melihat bakat anak itu baik sekali untuk ilmu silat, Panglima Chang lalu mengirimnya ke Siauw-lim-pai untuk belajar ilmu silat. Selama limabelas tahun, sejak berusia sepuluh tahun, Hong Bu digembleng ilmu silat di kuil Siauw-lim-pai. Setelah tamat belajar dan usianya sudah duapuluh lima tahun, dia kembali ke rumah pamannya.

Kini Hong Bu menerima tugas dari pamannya untuk mencari Hwe-thian Mo-li Nyo Siang Lan di pegunungan Lu-liang-san. Tentu saja dia merasa senang sekali menerima tugas ini. Setelah tamat dari Siauw-lim-pai dia telah menjadi seorang pendekar muda perguruan silat yang amat terkenal itu.

Tentu saja dia ingin memanfaatkan semua pelajaran yang telah ditekuninya selama limabelas tahun itu untuk bertualang di dunia kang-ouw sebagai seorang pendekar yang menegakkan kebenaran dan keadilan. Akan tetapi kini tugasnya yang utama adalah menemukan Hwe-thian Mo-li agar dapat menyampaikan, surat undangan Panglima Chang. Dari gurunya, yaitu Ci kok Ho-siang yang menjadi wakil Ketua Siauw-lim-pai, dia bukan hanya menerima pelajaran bu (ilmu silat), akan tetapi juga bun (ilmu sastra).

Hong Bu melakukan perjalanan cepat, menghindari segala gangguan dalam perjalanan karena dia harus lebih dulu menunaikan tugas yang diberikan pamannya.

Setelah tiba di kaki pegunungan Lu-liang-san, Hong Bu mulai bertanya-tanya kepada para penduduk dusun-dusun di sekitar pegunungan itu di mana adanya Ban-hwa-san (Bukit Selaksa Bunga). Karena hari telah menjelang senja, dia melewatkan malam itu di sebuah dusun di kaki bukit, karena dia merasa tidak sopan kalau berkunjung ke tempat tinggal orang pada malam hari. Apalagi yang dicarinya adalah seorang gadis.

Dia bermalam di rumah seorang petani tua yang duda dan sudah berusia limapuluh tahun lebih. Dari petani inilah dia mendengar tentang Ban-hwa-pang.

Menurut kakek itu, dahulu, ketika Ban-hwa-pang masih merupakan gerombolan yang dipimpin oleh Si Tombak Maut Siangkoan Leng, tidak ada orang berani tinggal di sekitar kaki bukit itu karena gerombolan Ban-hwa-pang itu terkenal bengis dan kejam. Akan tetapi setelah gerombolan itu dibasmi oleh seorang wanita sakti berjuluk Hwe-thian Mo-li, dibunuhi semua berikut ketuanya, lalu perkumpulan yang tetap bernama Ban-hwa-pang itu kini menjadi perkumpulan yang anggautanya terdiri dari wanita semua dan dipimpin oleh Hwe-thian Mo-li, perkumpulan itu berubah menjadi baik dan tidak pernah ada anggauta perkumpulan itu melakukan gangguan terhadap dusun-dusun di sekitarnya.

Serial Iblis & Bidadari - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang