Tak Terdefinisi

722 44 0
                                    

Hari-hari Ayesha terasa semakin menyenangkan.

Pasalnya, perut mamanya kian membesar membuatnya tidak sabar menunggu manusia kecil yang akan menjadi adikknya itu. Karena rutinitasnya sekarang ini hanyalah pergi ke Pondok Tahfizh, latihan ujian masuk universitas dan mengurusi beberapa administrasi di sekolahnya.

Ayesha jadi memiliki banyak waktu untuk mengurus mamanya. Ia benar-benar memanjakan mamanya ibarat ratu yang hanya boleh berdiam diri dan merasakan pelayanannya.

Hal itu sempat membuat Isha -sang adik bingung sendiri, tidak jarang ia mengernyitkan dahi tapi berujung senyum.

Toh, dulu kakaknya boro-boro seperti itu. Mamanya sakit pun ia diam di kamar atau keluar untuk bermain band.

Begitupun Althaf, ia bahkan benar-benar memperhatikan gestur Ayesha saat melayani mamanya mengambil minum, menyuapi makan atau lainnya, ia takut kakaknya itu kesurupan.

Tapi, rasanya tidak untuk kali ini. Ayesha ingin mengobati semuanya, memperbaiki semua kesalahannya dulu. Itu pun berhasil membuat keluarganya banyak-banyak mengucap syukur.

Sudah satu bulan ini, Ayesha hanya berdiam diri di rumah. Bukan, bukan Ayesha yang dulu hanya tiduran di kamar, keluar kamar hanya untuk makan, minum, atau mandi tapi untuk meluangkan waktu bersama keluarganya terutama bidadari hatinya -sang mama. Walau mama sama sekali tidak meminta, karena melihat anak sulungnya berubah pun ia sangat senang dan bersyukur.

Satu bulan ini pun Ayesha tidak berangkat ke Pondok Tahfizh. Ia meminta izin pada pak Muchtar -pemilik pondok dan sahabat-sahabatnya untuk mengurus mamanya.

Tapi hari ini, setelah sedikit berdebat dengan mamanya, akhirnya ia menurut juga untuk pergi ke rumah Farah.

Alyssa sempat menelepon rumah Ayesha yang kebetulan diangkat mamanya, dan hanya ingin memberi tahu kalau hari ini berkumpul di rumah Farah.

Walau Alyssa sudah bilang ke mama Hafsa kalau mereka hanya main saja, tapi mama Hafsa berpikir kalau sepertinya Ayesha rindu teman-temannya itu -walau sedari dulu pun Ayesha hanya mempunyai teman band, Dira dan Ryan sebagai temannya.

Tapi sekarang kehidupan anaknya perlahan-lahan berubah, dan mama Hafsa ingin Ayesha tetap memiliki waktu berkumpul dengan teman-temannya. Lagipula mama Hafsa tahu, Ayesha memegang amanah di Pondok Tahfizh.

Ayesha meletakkan gelasnya yang sudah habis isinya. Ia sudah satu jam lalu berada di rumah Farah bersama Alyssa yang menjemputnya dan Karin yang bertemu di halte persimpangan rumah Farah.

Ia hanya sedikit bicara karena memikirkan mamanya di rumah. Mamanya itu berada di bulan melahirkan, ia begitu khawatir jika mamanya ingin melahirkan tidak ada orang di rumah. Tapi kemudian menarik napas lega mengingat papanya yang sudah kembali lagi ke rumah.

Sedari tadi mereka sedikit membahas tentang perkembangan pondok Tahfizh dan menyambung ke perkembangan Luna.

Ternyata, Luna merindukan mamanya. Dan Ayesha mengetahui betul Karin yang begitu sedih dicampur kesal. Tapi, mereka sebagai sahabat hanya bisa memberi pundak dan solusi bermaksud menenangkan.

"Minumnya abis. Kakak ambil dulu, ya." ucap Farah berdiri sambil membawa teko berbahan dasar gelas itu.

"Aku ikut, Kak." Tutur Ayesha yang ikut berdiri dan mengikuti Farah berjalan.

Keduanya berjalan berdampingan.

"Si kembar jarang ke sini, Kak?" tanya Ayesha memulai obrolan.

"Iya, Sha. Si kembar jarang ke sini. Kadang juga harus aku yang jemput atau mereka diam-diam ke sini."

"Diam-diam gimana, Kak?" tanya Ayesha lagi penasaran.

SEGITIGA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang