Bertemu lagi

642 38 6
                                    

"Ayesha." Panggil mamanya sembari membuka pintu kamar anak sulungnya dan sekejap melebarkan senyum melihat putri sulungnya selesai membaca Qur'an di sabtu malam itu.

Ia begitu bersyukur memiliki gadis yang sholehah seperti Ayesha dan disaat bersamaan merasa bersalah karena pernah mencampakkan anaknya tersebut.

Gadisnya banyak berubah.

Lalu matanya menangkap Maryam yang sudah pulas tertidur di kamar Ayesha. Gadis kecil yang sepertinya akan menjadi Ayesha ketiga di dalam keluarga.

Ayesha segera menoleh ke sumber suara dengan mukena yang masih membalutnya.

"Iya, Mah?" Jawabnya sambil memegang sahabat berisikan firman Allah dengan mesra.

Mama Hafsa masuk kamar dan menutup pintu, membuat alis Ayesha terangkat. Karena kalau mama masuk kamar dan menutup pintu, ada hal yang hendak dibicarakan. Dan itu bisa jadi sangat penting.

Ia mencoba menerka-nerka apa yang akan dibicarakan sang mama.

Apakah soal adik lelakinya yang kian rajin belajarnya? Tapi, masa iya dengan adiknya rajin belajar mamanya ingin berbicara serius seperti ini, seolah yang ingin dibicarakan adalah hal yang tak mengenakan hati.

Atau adik perempuan yang pulangnya selalu malam? Oh mungkin karena itu.

Tapi, bukan itu.

Sang mama segera duduk di kasur memulai mengelus rambut Maryam sembari melihat putri sulungnya melipat mukena, menimang-nimang apa yang akan dibicarakan.

Padahal, ia harus segera mungkin berbicara karena di luar sana ada yang sedang menunggu.

Ayesha semakin dibuat bingung karena mamanya tiba-tiba diam.

"Ada yang datang mencarimu." Tutur mamanya lembut masih mengelus Maryam membuat gadis kecil itu semakin terlelap dalam tidur yang indah.

Ayesha tersenyum, mamanya ada-ada saja. Kenapa tidak langsung bilang? Kenapa harus bertindak aneh seperti itu?

"Siapa mah? Alyssa? Karin? Farah? Atau--" Sebutnya satu-satu sahabat terdekatnya itu sambil menyimpan mukena yang sudah terlipat.

"Bukan." potong Hafsa Misaki sang mama singkat membuat Ayesha mengerutkan kening. "Yang datang laki-laki."

Tanpa berpikir panjang Ayesha membulatkan matanya, berpikir siapa yang datang malam-malam begini?

Memang sih belum larut tapi siapa? Siapa yang hendak menemuinya?

Tidak ada satu orang pun laki-laki yang bisa ia tebak. Sama sekali tidak ada, karena Ayesha tidak memiliki laki-laki sebagai teman dekat. Ya kecuali beberapa teman kuliah atau kantor, tapi itu tidak bisa dikategorikan sebagai teman dekat, bukan? Tentu saja karena Ayesha adalah gadis muslimah yang lebih menjaga dirinya kini. Tapi, tidak ada satupun tanda-tanda kalau teman lelakinya mau datang ke rumahnya. 

Kemudian sedetik terlintas seseorang di pikirannya.

Mudah-mudahan bukan dia.

Mudah-mudahan bukan.

Karena dengan sedetik saja pikirannya itu membuat hatinya teriris kembali dan segera menunduk takut akan dosanya dulu.

Jantung ia berdebar kencang. Tubuhnya terasa dingin sampai membuat perutnya seketika mulas. 

Mama melihat Ayesha dan Ayesha menyadari mamanya melihatnya sedari tadi. Apakah mamanya akan berpikiran macam-macam soalnya? Apakah mamanya berpikiran soal Ayesha yang kembali seperti masa lalu karena datangnya laki-laki malam ini?

SEGITIGA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang