Percakapan Panjang Pertama

106 7 0
                                    

Ayesha sedari tadi menimang-nimang sesuatu.  Ia ingin memasuki ruang meeting untuk sekadar bertanya 'mau minum apa?' kepada seluruh orang di ruang meeting yang sekarang tepat di depannya. Tapi, ia takut merasa aneh sendiri di sana. 

Pertama ada Rafif,  kedua ada Ryan. Tapi ia benar-benar ingin ke dalam sana untuk menanyakan minuman apa yang diinginkan orang-orang yang berada di ruang meeting ini.  Karena Ayesha tidak mengenali temannya Rafif kecuali Dani yang tadi sempat ia lihat keluar ruangan.

Ayesha pun dibuat kaget ketika pintu ruang meeting terbuka. Ia mendapatkan Rafif yang berdiri di depannya.  Ayesha segera memundurkan langkahnya. 

"Maaf pak,  orang-orang di dalem mau minum apa ya?" tanya Ayesha yang malah membuatnya berpikir.  Apakah pertanyaan tadi itu tepat? Mengapa ia harus bilang 'orang-orang di dalem?'

Rafif tertawa kecil, membuat Ayesha menunduk.  Ia menelan ludah dan meremas baju dengan tangan kanannya yang disaksikan oleh Rafif.  Hal pertama yang Rafif ketahui tentang Ayesha.  Meremas pakaian ketika grogi dan malu.  Sementara Rafif menyentuh bagian belakang kepalanya yang membuat Ayesha juga tahu kebiasaan Rafif.

"Jangan panggil saya, Pak." ujar Rafif yang malah membuat Ayesha membulatkan mata tapi kembali menunduk. Jawaban yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pertanyaan Ayesha. 

"Terus saya harus panggil apa dong, Pak? Eh?"

"Panggil.. ." jawab Rafif sambil berpikir dan juga menunduk.  "Kamu mau manggil saya apa?"

Ayesha kembali meremas pakaiannya membuat Rafif tidak enak hati.  "Karena ini di kantor, saya panggil bapak aja ya. Jadi, mau minum apa, Pak?"

Rafif menelan ludah dan menghela napas.

"Oke deh.  Dua kopi hitam tanpa gula dan susu. Terus-"

"Kak kita ke kampus dulu ya." Justin dan Vero keluar dari ruang meeting dan menyela ucapan Rafif, membuat Rafif segera beralih pandang pada keduanya dan sedikit merasa lega.

"Oh mau sekarang? Kalian naik apa?"

"Gampang itu mah.  Nanti malam kita langsung ke rumah kakak aja ya." tutur Vero sambil melirik Ayesha yang masih menunduk.

"Oke oke.  Hati-hati yaa kalian."

"Siap kak, Assalamu'alaykum."

"Wa'alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuh." jawab Rafif dan Ayesha berbarengan,  hanya saja suara Ayesha terdengar lebih pelan. 

"Sampai mana tadi?" tanya Rafif yang sebetulnya susah sekali mengendalikan jantungnya yang berdetak kian kencang.  Sedari tadi pun ia berusaha untuk menunduk dan tidak memandang Ayesha. 

"Dua kopi hitam tanpa gula dan susu, Pak."

"Ohiya, kalo gitu tambahin 2 es teh manis ya.   Sama satu lagi minuman untuk pak Agung."

"Baik, Pak. Permisi." ujar Ayesha yang segera membalikkan badan dan sedikit terasa lega.

"Ayesha!" panggil Rafif lagi membuat jantungnya semakin tak karuan.

"Iya, Pak?" Ayesha segera membalikkan badan masih menunduk.

"Jangan kelamaan di kantor.  Kamu harus bersiap untuk besok." jawaban yang membuat kupu-kupu di perut Ayesha berterbangan hebat. 

Ah, mengapa Rafif harus mengucapkan kalimat itu?

"Iya, Pak." jawab Ayesha agak kikuk.  "Bapak juga semangat ya.  InsyaaAllah semua akan teratasi dengan cepat."

SEGITIGA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang