Bab 22 - Hanya Hadapi

1.1K 77 0
                                    

"Berkencanlah denganku, BlueHadBlack."

"Kamu BlueHadBlack! Aku tahu itu! Aku bisa membongkarnya!"

"Lalu? Ya sudah kalau begitu. Lakukanlah. Aku melakukannya hanya untuk ketenaran. Tapi akhirnya aku tahu dirimu sesungguhnya, "ujarku sebelum pergi saat Bungas berusaha mengancamku.

Lancang sekali, dia mengancamku terang-terangan? Arggh ... Anggaplah aku sudah tidak peduli lagi. Aku berjalan menuju kantor editor fiksi yang berada di lantai 2, untuk menunjukkan jati diriku. Menantang diri sendiri, untuk melawannya. Aku tidak akan membiarkan seorang perempuan hanya memanfaatkanku lagi. Tidak ada yang perlu aku tutup-tutupi lagi, karena parasit perlu pembasmi jitu; yaitu mental dan tindakan.

"Assalamu'alaikum," salamku di depan ruang kepala editor fiksi, yang langsung dijawab Bu Sarah, dan beliau mempersilakan aku masuk.

"Apa kabar Bu Sarah," tanyaku berbasa-basi.

"Hmm... Alhamdulillah, baik. Maaf, Anda siapa ya? Ada perlu apa ya?"

"Saya BlueHadBlack datang sendiri, untuk memudahkan kerja sama dengan penerbit," jawabku tegas.

"Ya Allah! Ini beneran BlueHadBlack?" tanyanya nampak terkejut berlebihan.

Aku hanya mengangguk.

"Silakan duduk. Jadi Anda setuju dengan penanggung jawab tersebut?"

"Saya memilih akan mempercayai penerbit. Siapa pun penanggung jawabnya, sekarang tidak jadi masalah," tegasku. Beliau menutup mulutnya yang terbuka.

"Wah, terima kasih banyak Blue-BlueHadBlack," ia tergagap.

"Nama saya Alvan Syahril. Ibu bisa panggil saya Alvan saja," usulku.

"Ah, i-iya."

"Saya rasa, saya perlu menyapa editor dan proofreader untuk naskah saya."

"Ah, iya-iya. Silakan, kemari," ujarnya sembari berdiri dan mempersilakan aku mengikutinya.

Aku menelusuri lorong dan memasuki lift mengikuti Bu Sarah. Kami menuju lantai 2 di mana editor fiksi dan proofreader ada di sana.

"Silakan tunggu di dalam Blue---eh Mas Alvan. Saya panggil editor dan proofreader-nya," sarannya padaku.

Sekarang aku ada di ruang tamu. Ruang tamu berwarna biru muda, dengan bunga di vas, AC, parfum ruangan yang otomatis menyemprot, jendela yang terbuka tirainya, cahaya yang masuk cukup cerah. Ini masih pagi hari.

Tak lama kemudian, pintu diketok. Bungas! Aku tidak sabar menunggu reaksinya. Eh, tunggu. Aku harus bersiap-siap. Segera kucari koran pada bawah kolong meja, membuka cepat dan berpura-pura membacanya.

"Assalamu'alaikum...," suara lembut menyapa. Mirip suara seseorang. Tiba-tiba suasana berubah. Jelas ini bukan suara Bungas. Aku segera melipat koran, memasang wajah serius, dan menjawab salamnya. Aku mendongak dan terkejut! Mataku terkunci pada apa yang tengah tampak dalam penglihatanku. Area pandanganku samar karena terik matahari menyorotku. Demi melihat lebih jelas, aku bergeser. Kurasa penglihatanku tadi bermasalah, atau ada yang salah. Wajahnya yang sekilas terlihat seperti.... Butuh beberapa waktu agak mataku kembali normal dari efek menatap terk matahari. Seketika dadaku bergemuruh, melihatnya.

"Alvan?!" suara itu menyadarkanku semakin jelas. Aku berharap ini suatu kesalahan atau mimpim Sesaat pikiranku berputar. Kembali pada momen-momen dulu, seperti sebuah film. Dan yang paling menyakitkan, ekspresinya saat memaki dan mencampakkanku begitu saja. Dadaku berdetak kencang. Jelas sebuah ganjalan besar.

I Will Find You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang