Bab 27 - Apa yang Terjadi

1.5K 91 7
                                    


Harusnya aku bersyukur dan bahagia, Caesar sudah pulih sehat kembali. Dia juga selalu baik padaku. Tapi kenapa masih saja perasaanku mengganjal?  Bukankah ada pepatah bilang 'wiwiting tresna jalaran saka kulina'?

Sudah 3 bulan semenjak kami bertunangan, dan sebentar lagi, setelah wisuda,  aku akan dipersuntingnya.  Tetapi kenapa setiap hari rasanya gelisah? Kenapa juga setiap hari aku bermimpi aneh? Ada sesosok pria yang membelai pipiku dalam mimpi, bukan Caesar. Kuyakin. Ia mengenakan baju serba putih, lalu berkata, "Aku menantimu.  Tunggu aku." Anehnya, suara itu, seperti suara milik Alvan....

Ah,  mungkin saja ini hanya perasaanku, bungas tidur atau apalah, banyak faktor.  Aku hanya bisa berdoa,  untuk diberi petunjuk dan pertolongan untuk semua keputusan yang dibuat, hidup yang akan dijalani, untukku, keluargaku, Caesar,  dan keluarganya. 

Ah, aku harus bergegas membereskan perlengkapan. Hari ini aku dan Caesar berniat ke puncak Bogor Citamiang, ke kebun teh milik keluarga Caesar di sana. Aku harus happy.  Nggak boleh mikir yang enggak-enggak.

"Assalamu'alaikum...." Suara Caesar,  aku langsung menjawab salamnya dan bergegas membuka pintu.

"Caesar cepet banget ke sininya? Katanya jam 7?"

"Iya,  udah kangen kamu sih," godanya mengerling.

"Iyuhhh ..., ngga gitu juga kali...."

"Ha ha ha? Napa?  Malu? Mang ngga boleh apa kangen sama tunangan sendiri?"

"Please deh Caesar.  Ini masih pagi.  Kamu mau bantuin aku menata bekal?"

"Boleh ..., tapi sun dulu...." Ia memajukan pipi.

"Ngga usah modus, tolong ya, kondisikan," aku mencibir, "buruan masuk! Ngga enak dilihat tetangga," sergahku menyingkirkan wajahnya.

"Waa ..., agresif banget kamu,  aku disuruh masuk," bisiknya mengedipkan sebelah mata.

"Aish!" Aku mencubit lengan Caesar keras.

"Aow, aow, aowwhhh ...!" jeritnya kesakitan.

"Bungas?  Kamu ngapain?" tanya Ibu keluar dari kamar. Aku tersentak mundur.

"Ah? Engga ada apa-apa Bu," gagapku. 

"Caesar, ada apa?" Ibu mendelik padaku,  lalu beralih pasa Caesar.  Kami seperti berpelukan di depan pintu. Errr...  awkward.

"Eh,  Ibu,  enggak ini ada semut di bajunya Caesar, gede banget!" aku beralasan, sembari menepuk-nepuk bahu Caesar. Ya kali nggak alesan,  bisa disuruh ijab besok.

"Tahan diri lho ya...," kata ibuku melenggang masuk ke dalam. Hah? A-apa?

"Ohya, Caesar mau minum apa?" Ibu menoleh untuk bertanya.

"Apa aja Bu, hehe," jawabnya. Aish!  Ngeselin banget sih Caesar! Dia sekarang nyengir kuda, bener-bener enggak tahu malu!

***

Akhirnya aku dan Caesar tiba di puncak. Tentu saja,  di vila ini ada keluarganya Caesar, Tante Rumi dan Om Han. Nanti sore Nurin mau nyusul ke sini dengan Radit, Ratu endors, Kiran dan Denny,  lumayan kata mereka bisa liburan dan nginep di vila gratis. Aku merasa lega juga lebih bersyukur,  ada teman yang ikut meramaikan,  setidaknya aku tidak harus merasa canggung terlalu lama dengan Caesar. Walaupun sudah 3 bulan, aku masih belum terbiasa dengan status kita yang sekarang. Rasanya semua ini hanyalah mimpi. Mungkin lebih baik ini hanya mimpi, jadi jika esok hari aku terbangun, semunya akan baik-baik saja. Tapi ini kenyataan, dan aku hanya harus menjalaninya sebaik-baiknya. Astaghfirullah, aku ngga boleh terus-terusan mengeluh.  Semoga semua hajatku lancar,  aamiin. Hanya itu yang kuminta.

I Will Find You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang