Bab 19 - Editor Gagal Fokus

1.2K 93 10
                                    

"Lepas!" bentak Caesar pada Alvan. Alvan masih memegangi lenganku.

"Ada apa Caesar?  Kamu belum ngerti?  Aku akan pulang nanti! Soal Ibu, aku akan menelepon," kataku jengah.

"Aku harus bicara dengan kakakmu," ujarnya tajam.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Sebaiknya kamu pulang," tegasku menghentakkan tangan, membuat tangan Alvan dan Caesar lepas. Aku nggak mau melibatkan Caesar. Dia suka seenaknya sendiri.

Suasana canggung. Kami hanya diam di dalam mobil, sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku mengembuskan napas berat. Penat rasanya memikirkan masalah.

"Kamu mengembuskan napas seperti kapal akan menepi," sindir Alvan. Aku menatapnya malas.

"Kapal atau apa pun itu, terserah akulah," ketusku tak terima.

"Oh, artinya kamu baik-baik saja," ujarnya santai. Apa?

"Hah?  A-apa?" tanyaku heran nggak tahu apa maksudnya. 

"Kamu masih galak, ketus, artinya baik-baik aja. Tadinya kupikir ada yang salah denganmu."

"Ah ..., gitu?! Menurutmu kalau aku masih galak,  itu baik-baik aja? Ck ck ck, salah!" tukasku.

"Lalu?"

"Karena sama kamu! Aku jadi galak! 
Aslinya mah lembut dan nggak tegaan. Lihat kelakuanmu sendiri, bikin orang baik berubah telihat jahat!"

"Aku salah apa?" tanyanya dengan wajah innocent,  tatapannya polos.

"Ah,  nggak tahulah! Jangan menatap seperti itu! Hadap depan saja!  Lagi nyetir juga!"

"Caesar cowokmu ya?" tanyanya tiba-tiba.

"Hah ...?"

"Ya kelihatannya dia peduli banget sama kamu."

"Oh .... Sahabat kok.  Kenapa?"

"Ndak sih, kasihan aja sama dia." Maksudnya apa?

"Kasihan, sia-sia saja dia jemput kamu," ujarku tidak jelas.

"Penting?" sarkasnya. "Kukira omonganmu berbobot semua, kebanyakan pasang tampang serius," jawabku asal.

"Demi sopan santun," belanya.

"Hah?  Mana ada sopan santun begitu!"

"Setidaknya mencoba bertanya. Menghibur kan?" ucapnya sembari menoleh.

"Ha ha ha ... nggak usah repot-repot! Hiburan darimu aneh juga, makasih, lho!" Entah sejak kapan aku selalu napsu ingin berdebat dengan Alvan terus.

Beberapa menit kemudian kami sampai rumah,  aku pamit,  Alvan mengantarku sampai depan rumah,  dan ijin pamit bersalaman dengan ibu.

"Apa tadi Caesar nggak menjemputmu?  Katanya dia mau jemput," tanya Ibu saat di dalam rumah. 

"Jemput kok Bu.  Tapi pekerjaanku belum selesai Bu,  jadi kusuruh dia pulang duluan.  Aku ke kamar dulu ya Bu."

****

Kuliah kosong, pekerjaan menumpuk. Aku perlu mengedit naskah Alvan, deadline semakin dekat.

Kubuka email,  belum ada balasan. Apaan sih Alvan!  Aku ngerti dia sibuk kemarin,  tapi mbok ya telepon gitu aku kan bingung ngeditnya kalau dia nggak konfirmasi.

Assalamu'alaikum,  Kak BHB?  Bagaimana soal sedikit usul dariku? Email terkirim. Awas aja kalau nggak dibales! Aku jebak sekalian nanti!

Ting!  Notifikasi dari PC berbunyi. Alvan bales? Masa sih? Tumben. Hah?  Iya Alvan bales.

I Will Find You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang