Kami menjalani ta'aruf sudah dua bulan lamanya. Keluarganya sangat baik kepadaku, sehingga awalnya aku malu karena menyadari keluargaku yang kurang harmonis. Namun alhamdulillah, sekarang usaha Mas Teguh sekarang sudah lancar, ia sudh membuka cabang baru, dan mempunyai pegawai. Bapakku juga sudah tidak lagi membuat keributan, sejak aku marah dan meminta maaf kepadanya. Alhamdulillah, perekonomian kami membaik. Walau rasa canggung yang masih tersisa. Semua gosip buruk tentangku juga sudah tidak terdengar.
"Al, kamu ngga mau lamar aku?" tanyaku.
Alvan terbelalak. Aku menyembunyikan rapat-rapat tawaku.
"Kamu nda bisa diam saja seperti Aisyah yang menunggu dilamar? Malu gitu," tukasnya, membuatku geli dan tergelak.
"Nggalah Al, ngga cocok aku begitu. Aku ingin jadi Siti Khadijah yang berinisiatif melamarmu dulu," ejekku.
"Lalu akan berpura-pura tidak mengenalmu, kalau itu terjadi. Biarkan aku saja yang melamar, tunggu aku."
"Ah, gimana sih Al? Nda bisa gitulah ..., besok pagi, kalau kamu nda melamarku, aku dan keluarga akan datamg melamarmu, kami sudah siap dengan semua bahan pertempuran lamaran. Kami akan jadi Raja sehari. Gimana? Keren kan? Kamu pasti terharu ..., udah jangan nangis, ini ngga ngerepotin kok," cerocosku.
Alvan mencibir, alisnya terangkat, "Ck, lalu aku akan mengosongkan rumah, besok."
"Ha ha ha ... kejam!" cibirku mencubitnya.
Besok memang Alvan akan melamarku, aku terlalu gugup.
"Kamu grogi? Takut?" tanyanya. Kayaknya aku gagal menutupi kegugupanku.
"Banget Al, kamu?"
"Insya Allah lancar. Percaya," katanya tersenyum. Sungguh, senyum dan tatapan yang memabukkan. Tapi kita belum halal, jadi tahan diri Bungas, jangan sampai Alvan kabur karena kamu agresif. LOL.
****
Hari ini pun tiba. Keluarga Alvan hadir berbondong-bondong dengan bingkisan lamaran yang cukup mencengangkan. Bagaimana bisa tidak? Beberapa bingkai foto; fotoku, foto kami, foto keluargaku, fotoku dengannya, semuanya sedang digotong masuk. Sungguh terlihat menawan. Aku merasa sangat bahagia, melihat perhatian Alvan dan keluarganya. Hangat, gugup, bahagia, berdebar campuk aduk, membuatku melebarkan senyum tanpa mampu menyurutkannya. Gigiku sampai kering. Dalam hati aku terus berdoa semuanya lancar dan berkah. Hanya itu yang mampu kulakukan, sekarang.
Prosesi percakapan melamar, berdengung merdu namun memporak porandakan jantungku.
"Kami datang dengan niat baik ..., kami ingin melamar putri Anda, yang bernama Bungas Kanjeng Adinda, untuk putra kami bernama Alvan Syahril. Kami memohon dengan segala hormat, untuk mempertimbangkan lamaran putra kami, Alvan ...," kalimat itu terlalu indah. Sehingga semuanya berdenging di kepalaku, sampai prosesi berdoa, barulah aku menangis dan berdoa. Rasanya sangat lega. Sangat.
ALHAMDULILLAH, prosesi lamaran ini sangat lancar. Aku dipanggil untuk menerima perhiasan. Perasaan tersanjung dan terhormat, kurasakan begitu hangat, saat ibu Alvan mendekat dan memakaikan perhiasan tersebut. Aku ingin menangis. Tapi terlalu malu. Yang kulakukan hanya mampu berbisik untuk berterima kasih dan berdoa dalam hati agar mereka diberi kelimpahan pahala dan berkah.
Ayah Alvan dan Alvan terlihat sangat mirip, dengan pakaian seragam. Alvan terlihat 10× lebih,tampan dari biasanya, aku sekilas aku melirik, mencuri pandang, tapi itu tidak baik, rasa bahagia ini mendorongku ingin berlari ke arahnya. Lebih baik aku segera bersembunyi di dalam, sekarang juga.
Pada akhirnya aku tidak bisa sehebat Khadijah yang melamar Nabi Muhammad Sallahu'alaihi Wassalam, aku hanya wanita yang beruntung. yang telah dilamar pria paling baik. Paling baik untukku, insya Allah.
Tiba-tiba aku menangkap bayangan Nurin. Ia hadir di lamaranku, dengan matanya sedikit bengkak. Semalam ia bercerita padaku, kalau dirinya habis ditalak satu oleh Caesar. Caesar mengetahui kebohongan Nurin. Kebohongan di kebun strawberry, saat ia menjebakku. Ia meminta maaf kepadaku dan menyuruhku membujuk Caesar. Memikirkan hal ini, sungguh prihatin, dan aku tidak tahu harus berbuat apa.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Find You (Completed)
RomancePart 9-12 diprivate, silakan follow dulu untuk membaca. Terima kasih. ~~~ "BlueHadBlack, berkencanlah denganku," ucapanku masih terngiang-ngiang. Parahnya, dia ngga cuma marah, tapi benar-benar ngga kepengaruh sedikit pun! *Bungas Kanjeng...