Bab 26- Awal yang Baru

1.4K 85 4
                                    

Caesar sudah bangun dari komanya. Bungas terlihat selalu bersamanya. Tenyata benar,  Bungas akan dilamar Caesar hari Selasa ini. Mungkin ini sudah pilihannya,  keputusannya. Aku tak patut meragukannya, tapi masih terasa ganjal di dadaku. Minggu ini aku harus ke Bogor,  tempat berlangsungnya pernikahan Zulfa dengan kepala editor di tempat kerjanya dulu,  Mas Sukro.

Setelah melewati masa idah, hampir dua bulan lalu, Zulfa mantap menetapkan hatinya untuk menjalin ikatan pernikahan lagi. Benar kulihat Mas Sukro pria yang bertanggung jawab.  Terlihat dari kepribadiannya. Zulfa sudah yakin dengan pilihannya. Selama ini ia enggan meminta bantuan kepada Mas Sukro,  untuk membantunya bercerai, karena sangsi dengan keluarganya.

Sekarang keluargaku,  dan keluarga Zulfa kembali rukun. Kami diundang menginap sekaligus berlibur di vila. Saudara-saudara ibu Zulfa tidak ada yang datang. Jadi kami ikut merayakan pernikahan Zulfa,  meski Papahku agak sungkan.

****

"Lagi apa lo?" Mba Ranaya lagi-lagi masuk kamar tanpa ketok pintu apalagi permisi. Aku mengangkat alis, cuek. Baru sja sempat menekuni email yang masuk,  sudah diganggu.

"Baper karena Zulfa nikah lagi?" celetuk Mba Ranaya. Aku hanya melirik sekilas. Malas. Mencibir dan kembali menekuni email dari penerbit dan produsen film. 

"Ada sesuatu buat lo.  Lo pasti terkejut," oceh Mba Ranaya lagi.

"Apa sih Mba?" kataku malas.

"Ini." Dia menyodorkan sebuah kado,  lumayan besar.

"Apaan ini?"

"Kadolah."

"Ya, aku tahu Mba.  Kado untukku? Aku belum ulang tahun."

"Antara iya, dan tidak. Ini ada suratnya kok," kata Mba Ranaya menyodorkan surat.

Selamat menempuh hidup baru Alvan dan Zulfa. Semoga langgeng,  sakinah, mawadah dan wa rahmah. Barakallah.  By Bungas.

Hah? Apa ini? Aku melirik Mba Ranaya. Dia menyeringai. Aku menelan ludah.

"Aku minta ke rekan kerjanya, buat sama-sama merahasiakan calon suaminya Zulfa ke Bungas, karena aku punya feeling.  Saat dia titip selamat buatmu dan Zulfa di chat,  aku pikir dia itu ... merasa ... jadinya sekalian aku ...," kalimatnya terpotong-potong dengan nada mengesalkan dan raut muka tengil. Sungguh luar biasa kelakuannya. Aku mendelik. "Aku ngga tahu Bungas mau dilamar, Al! Sungguh!  Kalau aku tahu,  ngapain aku nggodain dia?" Susah kan, untuk menjelaskannya ke Bungas.

"Jangan salahin aku doan! Zulfa tuh,  yang ngusulin idenya!  Zulfa malah udah tahu Bungas mau dilamar! Gila kan?"

"Zulfa?"

"Iya. Katanya dia ngerasa Bungas terpaksa nerima lamarannya. Jadi dia ngelakuin ini, kali aja dia jadi jujur sama---"

"Sudah Mba. Jujur apa sih? Itu sudah keputusannya, hargai itu. Untuk apa repot-repot mengatur skenario? Ini bukan drama Mba."

"Ish!  Iya,  gue tahu gue salah!  Nanti gue yang jelasin.  Gue tanggung jawab.  Puas LOE?" tukas Mba Ranaya melenggang pergi. Astaghfirullah, sabar, Al.

****

Semakin hari aku semakin disibukkan oleh skripsi dan pembuatan film. Belum lagi mempersiapkan syarat-syarat beasiswa sastra Inggris di Australia.

Tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.  Hari ini, aku mendengar kabar  Bungas akan menikah. Namun kemarin Caesar mengirimku email. Sebuah pengakuan dan permintaan maaf.  Ia bekerjasama dengan Audy untuk menulis artikel tentangku. Dan artikel itu adaah artikel yang kukira Bungas yang menulisnya. Ia meminta maaf dan memohon untuk tidak salah paham dengan  Bungas.  Kurasa dia merasa bersalah. Aku memang sudah salah sangka terhadap Bungas.

Untung saja sekarang Audy sudah tidak lagi menggangguku. Rupanya dia sudah berpacaran dengan sutradara film muda namun berprestasi,  Rangga Riyadi. Satu hal yang menjadi tanda tanya,apa motif Bungas saat mengancamku untuk mengencaninya? Tetapi sekarang sudah tidak penting. Kita harus menempuh hidup baru.   Awal yang baru. 

****


I Will Find You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang