Hari-hariku disibukkan dengan kuliah dan kerja. Alhamdulillah. Meskipun terkadang membosankan, melelahkan, karena berada jauh dari keluarga, tetapi ini salah satu impianku. Berkuliah sastra Inggris dengan beasiswa di Australia, sembari menekuni fotografi, hobi lamaku. Baru sempat kutekuni, setelah sempat vakum. Di sini aku bisa bergabung dengan komunitas seniman kampus, bertemu dengan seniman hebat, baik fotografer, cinematografi, artist, pemusik, dan lainnya. Kesempatan luar biasa bertemu mereka yang sudah berpengalaman dalam bidangnya masing-masing.Tidak terasa sudah 4 tahun berlalu. Aku sudah selesai mengurus skripsi, tinggal menunggu hari untuk wisuda. Sekarang akhirnya aku kembali ke Indonesia. Ke rumahku, kotaku. Tempat yang selalu kurindukan. Namun aku di sini pun akan kembali disibukkan. Pameran foto perdana. Aku merilis pameran galeri bertema 'Kehidupan Sederhana, Penuh Anugerah'. Banyak foto yang kuambil dari Australia. Namun aku harus hunting foto di Indonesia, lebih cocok untuk dipajang di pamerannya. Foto Bungas dengan anak Rumah Pondok Karya, menjadi salah satunya. Fotonya sangat lucu, dan hangat.Momen baik. Dan mereka sekarang sudah besar. Aku tidak sabar memperlihatkan ini pada anak-anak. Tentu saja mereka akan ke pameran fotoku.
****
Aku menelusuri pameran foto. Satu-persatu tamu kutemui, menyapa, berbincang, mempersilakan, mengenalkan, menjelaskan. Sungguh sensasi yang menyenangkan bagiku. Melihat hasil jepretanku bisa dilihat banyak orang. Foto ini momen-momen yang sangat menggambarkan kehidupan. Menampilkan foto kendaraan lewat, pengemis di jalan, pedagang yang berkeringat, tukang becak yang sedang menggenjot, anak-anak bermain, menangis, dan sebagainya. Ada beberapa potret yang menggambarkan novel-novelku sebelumnya, baik adegan, atau tempat setting-nya.
"Alvan!" Suara Mba Ranaya. Habis ke mana aja, padahal lagi hamil, tapi nggak pernah diam. Saat aku menoleh, tiba-tiba saja aku menangkap sesuatu. Sosok yang selama ini tidak pernah kulihat. Bungas. Kaki membeku. Aku terpejam. Ada debaran seperti biasanya. Bagaimana aku menghentikan ini. Perlahan aku mencoba mengusir bayangnya, sejak saat Bungas dilamar, ah, bahkan sejak dia mulai mengusik hati.
Mba Ranaya mendekatiku, berceloteh tidak jelas, karena semua indraku saat ini tidak fokus. Hm, salah. Hanya fokus pada satu rasa.
"Woi, Al!" seru seseorang menepukku kuat. Aku tersentak. Ah, Mba Ranaya. "Hmm?"
"Kenapa lo? Ini lho, Bungas. Masih inget kan lo? Napa bengong?" Lidah kelu.
"Oh. Hai Bungas, apa kabar?" sapaku akhirnya. Menetralkan perasaan. Ini hanya sebentar.
"Nggak baik tahu! Soalnya lo tega banget." Tiba-tiba Mba Ranaya menyeletuk. "Dia mau hampir jadi janda, dan lo ngga simpati sedikit pun!"
Jan ... da?
"Apa?"
"Mba Ranaya," panggil Bungas. Aku memfokuskan suaranya. "Jangan dengerin Mba Ranaya, Al," katanya kemudian. Dia tersenyum.
"Alhamdulillah, baik. Kamu juga kan? Wah, kamu punya bakat seni juga ya, Al, selamat ya! Aku beruntung sekaligus tersanjung fotoku bisa nampang di sana," ia berucap sembaru menunjuk suatu sudut di mana kuletakkan fotonya.
"Alhamdulillah baik juga, Bungas. Hmm.. aku yang berterima kasih, dan maaf, aku belum ijin kamu untuk pajang foto itu."
"Nda apa lah Al, kan aku malah senang, tersanjung bisa masuk galeri. Hihi."
"Kamu nda sama Caesar? Dia apa kabar?" tanyaku, sedikit canggung.
"Alhamdulillah baik, Al. Dia ... lagi sibuk prepare pernikahan," jawab Bungas. Belum nikah ya Bungas?
"Oh? Semoga lancar ya Bungas."
"Bukan sama aku, Al. Tapi sama Nurin," katanya sembari menyunggingkan senyum samar. Senyum yang beda. Astaghfirullah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Find You (Completed)
RomancePart 9-12 diprivate, silakan follow dulu untuk membaca. Terima kasih. ~~~ "BlueHadBlack, berkencanlah denganku," ucapanku masih terngiang-ngiang. Parahnya, dia ngga cuma marah, tapi benar-benar ngga kepengaruh sedikit pun! *Bungas Kanjeng...