Bab 13 - Ketika Romantisme Terasa

2.1K 116 1
                                    

Secercah cahaya pagi pun, terlihat seperti cahaya dari surga. Bila kita jatuh cinta.--- Bungas.

______________________________

Jantung aku masih berdegub tidak karuan. Berantakan. Napasku masih sesak. Apa itu tadi? Alvan marah?

Blank. Berkali-kali pun aku berpikir, aku masih belum mengerti apa salahku. Apa itu tadi? Apa yang terjadi? Dan ... yang terpenting, kenapa dengan matanya? Tatapan matanya, udah kayak mau mencabik-cabik. Rasanya nyawaku melayang. Nggak tahu apa yang udah terjadi. Kepalaku mendadak pening. Dan apa tadi yang dia bilang?!

Kalau satu kali lagi kau melakukannya, aku akan mengejarmu selamanya.

Cih! Aku salah apa, aja, aku ndak tahu! Dasar beruang kutub! Lagian kan dia yang salah! Kenapa malah dia yang marah? Harusnya kan aku?! Ini ada apa sih? Argh, rasanya pengin teriak sekenceng-kencengnya di telinga Alvan! Sekarang juga! Tapi yang ada aku duduk di sampingnya, diam membeku, udah kayak orang linglung. Nggak tahu mau gimana. Mati gaya! Huft....

Seenaknya aja dia main seret orang dan marah-marah! Terus ninggalin tanpa penjelasan? Dikata aku cuma barbie yang bisa dimainin, terus ditinggalin? Aku punya hati, Bang. Hiks....

Belum lagi suasana dalam mobil mencekam. Ngeri! Beku dan panas. Nyesek dan gemas. Marah dan bingung. Menjadi satu. Yang lebih jelas, ngeselin sekaligus kampret!

Mana Alvan masih tetap dengan ekspresi mukanya yang tajam dan dingin. Rasanya aku udah kayak mau di bawa ke alam baka! Merinding! Kok jadi aku sih yang takut sama dia? ARGH, SIALAN! Bodo amat ah! Mending aku tidur aja. Dari pada nanya nanti malah diterkam. Ngomong apa juga nggak tahu, takut salah, terus aku dicekik ampe koit gimana?

****

"Hei!" Samar-samar kudengar suara seseorang. Membuat kesadaranku pulih, dengan sedikit terkejut. Aku memaksakan diri membuka mata.

"Bungas, sori ya tadi. Aku sebenarnya menyesal telah meninggalkanmu. Dan aku lebih menyesal lagi, saat melihatmu masih baik denganku. Kamu terlalu baik, sehingga tidak menyadari kesalahanku. Betapa pengecutnya aku."

"Hah? Kamu ngomong apa sih Al?"

"Aku minta maaf kepadamu dengan sesungguhnya. Aku ... aku adalah BlueHadBlack."

"APA?!!" Aku teriak kencang. Sekencang-kencangnya tapi tidak membuatku tidak menyadari jantungku yang berdegub kencang. Aku membuka mata lebar. Terkejut luar biasa. Dan apa ini? Aku terbangun lagi? Kok bisa? Apa aku tadi pingsan saat Alvan ngomong jujur?  Sementara aku mengatur napas, sebelum mencerna kembali apa yang terjadi. Seperti dejavu. Dejavu karena seperti baru terbangun dari tidur kembali. 

"Bungas? Kamu kenapa? Kamu mimpi buruk?" tanya Alvan di sampingku. Hah? Mimpi? Benar juga! Tadi hanyalah mimpi!

"Hah? E-enggak kok," jawabku berdusta. ASEM! Kenyataan pahit tinggallah kenyataan.  Khayalan dan mimpi itu bunga racun. Semakin kau menelan, maka bisa dipastikan apa yang terjadi.

Aku berjanji akan membuatnya meminta maaf atas semua perbuatan ini.  Yah, walaupun dia penulis favoritku, idolaku, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya saja. Semoga Alvan segera bertaubat.

"Sebentar lagi nyampai. Jangan tidur lagi," ucap Alvan kembali dingin. Ck! Apa aku berharap lebih kepadanya? Mungkin seharusnya aku tidak menaruh harapan apa pun. Tunggu. Emang apa yang kuharapkan?

Aku berpikir sejenak. Ah, iya, aku terlalu terobsesi selama ini dengannya.

Dan mungkin aku harus kembali fokus untuk menulis. Tidak masalah kalau penulis favoritku mengkhianatiku.  Tapi proses takkan mengkhianati hasil. Tumben aku bijak?

I Will Find You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang