"Alvan dingin banget ya. Padahal aku mau minta maaf ...," gumam Zulfa saat Alvan sudah pergi. Dingin? Emang iya. Kelihatannya Zulfa ini emang ngeselin deh. Ganjen banget sih! Sudah punya suami juga. Mau minta maaf? Soal apa? Cari perhatian banget, kesel jadinya!
"Kamu inget orang kutunggu kan Bungas? Dia itu Alvan," tambahnya. Lah? Tuh kan, ketahuan nggak benernya nih cewek! Masa masih mengharapkan cowok lain?
"Heem," jawabku malas-malasan.
"Jadi dia dan aku dulu sahabatan. Dekat banget. Lalu saat mau kelas 2, sampai dia berjanji mau menikahiku kelak. Tapi ..., semuanya berakhir ... dengan pengkhianatanku," jelasnya dengan pandangan menerawang. Pengkhianatan? Sudah kuduga! Selingkuh ya? Beuh, makanya jadi cewek jangan serakah!
"Kesalah pahamanku, dan kebodohanku. Membuatku nekat memfitnahnya," ia menarik napas dan mengusap kasar wajahnya, "dulu ... saat ada lomba cerpen, sekolahku selalu berpartisipasi dan memenangkannya. Dan saat itu aku ... mencuri karya cerpennya yang mau diikutkan lomba." Matanya berkaca-kaca dan menggigiti bibir. "Di ... dia kufitnah telah mencuri naskah cerpenku."
Aku melongo. Ini gilak! Sangat gila! Penjelasannya membuatku tercengang. Benar-benar kejam wanita ini! Bisa-bisanya dia mengkhianati Alvan sampai segitunya! Sahabatnya sendiri?! Astaghfirullah! Rasanya aku susah bernapas. Pantas saja Alvan jadi dingin dan gelap banget auranya! Argh, ini di luar dugaan. Tragis banget nasib Alvan.
"Dia ... dia ... kehilangan jabatan sebagai ketos. Rumor menyebar luas. Semua anak mengecamnya, ia dimusuhi...," kali ini ia bercerita dengan terisak-isak. Nyari penyakit banget sih lo, Zul! Batinku ikut prihatin, agak bersimpati, tapi jelas perasaan Alvanlah yang lebih sakit. Zulfa kok baru mau minta maaf? Baru nyesel sekarang? Atau gimana sih? Dia sudah punya suami gitu lho ...,minta maaf mah minta maaf aja, nggak usah lebay gitu bisa kan? Argh, kesel sama ini orang!
"Sekarang Alvan berhasil menjadi penulis yang sukses. Itu mimpinya dari dulu, yang juga menjadi mimpiku. Dia ... dia pberjanji akan menikahiku setelah sukses menjadi penulis. Ta-tapi, bisa-bisanya aku malah mengkhianatinya ... huaa ...," ia menjerit dengan suara serak. Meraung di pelukanku.
APA?! Emang gila lo Zul! Alvan sudah serius sama lo, tapi lo khianatin? Lo tinggalin? Lo waras kagak sih? AUWHH ... aku malahan makin kesel jadinya! Tiba-tiba merinding, tragis, dan ikut nyesek. Duh, aku nggak bisa basa-basi bersimpati nih, biar gimana pun juga memang Zulfa salah besar! Aku hanya menepuk-nepuk Zulfa untuk menenangkannya yang sesegukkan di pelukanku. Wajar aja Zulfa nyesel ninggalin Alvan. Dan, mungkin aja dia kena karma dari suaminya? Astaghfirullah, kasihan juga. Eh, Bungas, lo mikir apa sih? Kenapa aku jadi su'udzon gini sih? Naudzubillahimindzalik. deh, kadihan kalau kena karma. Kok aku tadi jadi orang jahat ya? Argh, nggak tahu deh. Intinya aku tadi kesel aja sama Zulfa. Penyesalan memang datang belakangan.... Eh tunggu dulu, bukannya a-aku ... juga buat kesalahan besar ke Alvan?
ASTAGHFIRULLAH! Ah, iya! Aku juga mengancam dia! Jadi alasannya menyembunyikan identitas mungkin ada hubungannya dengan ini? Astaghfirullah ..., teganya aku! Ternyata aku juga sama aja jahatnya kayak Zulfa ...? Huaa ..., aku memeluk Zulfa erat, dan ikut menangis. Pikiranku melayang-layang memikirkan perasaan Alvan. Dia pasti benci banget sama aku?! Huu... iya, pasti!
"Lho ... kamu ikut nangis? Maaf ya Bungas, kamu jadi ikutan sedih. Maaf jadi curhat banyak sama kamu," ucapnya melepaskan pelukan. "Sudah ah, jangan ikutan nangis. Ntar jelek lho ... kan kita masih di kantor, mau kerja."
Kita senasib, Zul. Sama-sama berdosa besar. Aku jadi bingung harus gimana.
"Aku mau ke belakang dulu ya? Beresin muka dan balik kerja," pamitnya kemudian.
****
Kemarin Alvan tidak berangkat. Hari ini aku harus langsung minta maaf begitu ketemu Alvan. Ternyata Allah langsung memberikan jalan untukku. Alvan ada di perpustakaan, duduk sendiri, sambil mengetik sesuatu dengan serius. Ah, rasanya nggak berani ganggu deh!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Find You (Completed)
RomancePart 9-12 diprivate, silakan follow dulu untuk membaca. Terima kasih. ~~~ "BlueHadBlack, berkencanlah denganku," ucapanku masih terngiang-ngiang. Parahnya, dia ngga cuma marah, tapi benar-benar ngga kepengaruh sedikit pun! *Bungas Kanjeng...