Chapter 1

1.1K 81 30
                                    


"Tring!"

Suara bel berbunyi kala pintu toko terbuka. "Selamat datang di Miaw~" Aku berseru menyapa seseorang yang sekiranya akan berbelanja. Sosok lelaki dengan celana panjang, kemeja bergaris-garis hitam dan putih, lengkap dengan rompi dan dasi. Rambut belah samping yang bergoyang ketika ia mengangguk menanggapi sapaanku. Padahal jarak kami terpaut kurang lebih 5 meter, namun aroma maskulin sudah dapat hidungku tangkap.

"Ah! Ternyata Anda, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" Aku menghampiri dirinya. Pelanggan setia semenjak aku membuka toko sebulan yang lalu. Yah... meskipun toko perlengkapan dan kebutuhan kucing ini bisa dibilang kecil, tapi aku akan berusaha melayani pelangganku dengan maksimal.

"Aku membutuhkan makanan kucing," ujarnya.

Sudah kuduga! Aku mengangguk dan menuntunnya menuju rak makanan kucing. "Kami mempunyai makanan kucing dengan varian rasa yang baru." Aku mengambil kotak berwarna biru dan menunjukkannya. "Atau Tuan ingin membeli rasa yang seperti biasa?" imbuhku dan menunjuk kotak berwarna merah.

Ia mengambil keduanya dan berpikir sejenak. "Apakah Elizabeth 3rd akan menyukai rasa baru?"

Eh?

"Hmm, saya rasa tidak ada salahnya memberikan rasa baru, Tuan. Siapa tahu kucing Tuan sudah bosan dengan yang lama."

"Oh, begitu. Apakah kau pernah mencoba varian baru?"

Ehh??!!!

"Maaf, Tuan. Itu makanan untuk kucing." Aku mencoba untuk tetap tersenyum.

"Jadi kau tidak tahu rasanya. Aku tidak ingin Elizabeth 3rd memakan makanan yang tidak enak."

"Kalau begitu, Tuan ingin membeli yang biasa?"

"Tidak. Aku ambil keduanya. Untuk berjaga jika Elizabeth 3rd sudah bosan dengan makanan lamanya."

Aku menghembuskan napas panjang sembari membawa dua kotak dengan warna yang berbeda. "Mengapa kau menghembuskan napas seperti itu?"

"A-ah! Tidak mengapa." Sial! Harus tetap ramah Na!! Jaga sikapmu!

"Kau kelelahan?"

Aku menggeleng dan berjalan menuju meja kasir. Ia mengikutiku dan berhenti di depan meja kasir. "Ada tambahan lagi, Tuan?"

"Tidak," balasnya.

"Semuanya 20 dollar."

Ia mengeluarkan satu lembar pecahan 100 dollar, kuterima kemudian ketika akan memberikan nota belanja dan kembalian, ia sudah berjalan menuju pintu keluar.

"Tuan! Tunggu!" Aku berteriak. Mampu membuatnya berhenti di depan pintu. "Kembaliannya!"

"Ambil saja."

Aku tersenyum dan melambai. "Terimakasih, Tuan!! Jangan lupa datang lagi!!" Ia pun menghilang di balik mobil hitam mewahnya. Aku kembali menata barang yang baru saja datang, ayo ayo kerja!

>>><<<


Jam menunjukkan pukul 8 malam. Saatnya toko untuk tutup. Setelah Natasha membalikkan tulisan 'tutup' pada pintu masuk, ia memastikan lagi bahwa tokonya sudah terkunci semua.

"Yosh! Saatnya pulang."

Natasha mengeratkan kembali jaketnya. Udara dingin menerobos masuk melalui celah-celah sempit. Ia memilih untuk berjalan kaki menuju apartemennya. Bukan karena ia tidak memiliki kendaraan, Natasha hanya ingin menghemat sekaligus berolahraga. Mungkin kalor yang dihasilkan dari berjalan kaki dapat menghangatkannya.

Tanpa disadari, sepasang mata mengamatinya. "Tunggu aku... Natasha," bisik sosok tersebut, kemudian hilang di balik pepohonan taman.

Natasha telah sampai di apartemennya. Tidak terlalu besar, namun sangat nyaman. Ia membuka jaket dan melemparnya ke sofa. Natasha pergi ke dapur kemudian kembali dengan segelas teh hangat beserta beberapa kudapan.

"Hah... capek." Tangannya meraih remote dan menyalakan televisi. Terpampang sosok pria berambut putih. Wajah tampannya tertutup masker hitam, meski begitu senyumnya tetap dapat dilihat. Mata birunya terpaku pada mata ruby yang berada di balik layar televisi.

"Kyaa!! Zen oppaa!!!" Natasha berteriak, ketika aktor favoritnya menunjukkan talenta. Aktivitas ini bagai ritual yang selalu ia lakukan sebelum tidur; fansgirling.

====================

First, sorry for my very very very late update T^T)
i dont have much time to publish this story~ beside that, my quota sudah sekarat #ripenglish

SAUVETAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang