Pemuda berambut tosca tersebut terkejut. Namun ia dapat menutupi hal tersebut. "Mengapa?" tanyanya, tangannya selesai membalut Nana dengan kain dan beralih pada baskom air di sebelahnya.
"Hah... Untuk apa aku hidup? Semua telah melihat tubuhku, aku tersiksa, aku-aku... Tak layak hi-"
V menempelkan telunjuknya ke bibir Nana, menghentikan kata-kata yang tak seharusnya Nana ucapkan. "Natasha, aku sedang berusaha membantumu. Kau ingin usahaku sia-sia?"
Nana tahu, V lah yang selama ini mengurusnya saat berada di tempat ini. Nana tak mengerti untuk apa V membantunya, seperti sekarang. V datang membawa makanan, memakaikannya pakaian, dan mengobati luka-lukanya. "V, untuk apa kau membantuku?"
"..."
V menekan luka Nana sedikit keras hingga Nana terpekik. "A-aw! V!"
Kekehan V terdengar diikuti oleh tawa kecil dari Nana. V kagum pada gadis di hadapannya, seandainya saja ia dapat membantu lebih, namun hanya ini yang bisa ia lakukan. "Makanlah, jangan sampai Jumin datang dan ia melihatmu kulit tulang saja."
Nana sedikit terkejut, kemarin V tak pernah membahas Jumin, namun sekarang? "Bagaimana kau bisa tahu?"
Wajah V mendadak tegang, seperti telah melakukan kesalahan. V keceplosan. Ya, sudah terlanjur keluar, lanjutkan sajalah pikir V. "Dia sahabat baikku. Aku dan dia berteman sejak kecil. Tapi kumohon, jangan beritahu tentang diriku padanya, ok?" V menepuk kecil pucuk kepala Nana.
"Ta-tapi mengapa? Mengapa kau tak membebaskanku? Aku tahu kau sebenarnya baik. Ada apa denganmu V?"
V menghembuskan napas berat. "Bukan aku yang akan membebaskanmu, tunggu saja. Dan setelah ini, kau akan memulai hidup baru," ujar V menenangkan, "setelah ini, jika kita bertemu, anggap saja kau tak pernah melihatku. Kumohon Natasha," imbuh V.
Nana membuka mulutnya ingin membalas, namun ia urungkan. Nana menutup matanya sebentar. "Baiklah. Aku akan menganggapmu orang asing. Sebagai gantinya, kau harus memanggilku Nana." Senyum manis Nana kembangkan di bibirnya. Ia tak akan banyak bertanya lagi, Nana menghargai alasan dibalik perilaku V.
V tak tahan untuk tak memeluk Nana. Ia berharap bantuan secepatnya datang. "Terimakasih... Terimakasih...," ucap V berulang.
"Sebenarnya aku ingin membalas pelukanmu," celetuk Nana menyulut tawa V.
"Tapi sayang aku tak bisa melepas ikatanmu." V mengedipkan matanya sebelah.
>>><<<
Jumin duduk dengan tangan mengepal erat, di sebelahnya Seven mengemudi mobil sportnya dengan gila. Seven mengetahui apa yang terjadi, dari foto Nana sampai siapa yang menculiknya. Namun penculik Nana masih Seven ragukan, apakah ia orang yang Seven kenal, atau tidak.
Seven menghentikan mobilnya di bawah pohon dekat sebuah bangunan. Bangunan tersebut berdiri di atas tebing, dengan simbol mata pada dindingnya. Seven mengeluarkan sebuah laptop.
"Aku akan membukakan akses masuk dan keluar," ucap Seven, ia menyodorkan sebuah alat pendengaran, "kenakan ini, aku akan menuntunmu dari sana," imbuhnya.
Jumin memakai alat tersebut di telinga kirinya. "Berapa lama aku bisa di dalam?"
"Tak lebih dari satu jam. Di dalam akan banyak penjaga, aku harap kau bisa bela diri." Jumin mengangguk ia menyiapkan beberapa senjata api dan menyematkannya di balik jaket.
"Semoga berhasil! Jika kau gagal, Elly akan sepenuhnya menjadi milikku," goda Seven.
"Jangan harap." Jumin keluar dari mobil dan mengendap masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUVETAGE
FanfictionMystic Messenger by Cheritzh Fanfict by Kasukma Cover by @immirahan Jumin Han x MC 2 -Bahasa Indonesia- Well... hope you like it