Chapter 12

348 54 12
                                    

Ruang dengan nuansa putih tersebut sepertinya sebuah laboratorium. Berbagai cairan berbeda warna berderet di dalam rak-rak kaca. Jumin menurunkan Nana atas kehendak gadis tersebut. Nana tak ingin membebani Jumin lagi.

Bagaimana ia tega setelah melihat cucuran keringat mengalir dari kening pemuda bermanik arang. Nana rasa tak apa jika ia berjalan sendiri, toh hanya tangannya saja yang terluka parah, sepertinya.

"Sambungan terputus," keluh Jumin menekan alat komunikasinya.

Nana mengusap keringat Jumin yang tak kunjung kering. "Mungkin Seven ingin kita beristirahat dulu." Nana mencoba menenangkan.

Jumin mengalihkan pandangannya, ia tak ingin Nana melihat wajah memerah miliknya.

>>><<<

"?!" Seven mendelik ke laptop yang sekonyong-konyong menampilkan tulisan 'Unknown'. Keripik yang ia berhasil ambil dari jok belakang ia lempar sembarang. Awalnya Seven ingin bersantai ketika mengetahui Jumin sudah hampir menyelesaikan misi penyelamatan. Tapi masalah datang.

"Ba-Bagaimana dia dapat...," gumam Seven. Unknown berhasil membobol sistem komunikasi dengan Jumin. Seven mengecek keberadaan Jumin dan Nana. Tangannya menekan tombol enter dan menampilkan Jumin yang berhenti sejenak di depan laboratorium.

"Jumin! Cepat keluar! Kau hanya perlu berlari lurus!!" pekik Seven dari alat komunikasinya.

Nampak Jumin mendengar sesuatu, kemudian mengangguk. Jumin dengan ragu membuka pintu laboratorium. Ia menoleh ke kanan dan kiri sebelum tubuhnya lenyap di balik pintu.

"Apa?!! Hey Jumin!! Cepat keluar!!!" Seven semakin panik. Komunikasinya dengan Jumin telah di-hack oleh Unknown, namun Seven masih dapat mengakses CCTV. Apa maumu Unknown? Seven membatin.

Seven merutuki dirinya yang ceroboh. Harusnya ia dapat mengantisipasi hal-hal seperti ini. "Jaehee, tolong siapkan penjaga Jumin. Aku akan mengirimkan alamatnya padamu," titah Seven melalui ponsel.

Seven berusaha mengembalikan akses komunikasinya dengan Jumin. Namun perhatiannya tersita pada rekaman CCTV yang menyorot pemuda berambut putih dengan ujung merah muda. Pemuda tersebut persis dengan penculik Nana. Matanya tajam melihat CCTV seakan ia tahu Seven memerhatikannya dari sana. Perlahan ujung pistol terlihat dari balik jaketnya.

Pemuda tersebut tersenyum. Bibirnya mengucap sebuah kalimat sebelum ia memasuki laboratorium itu.

'Game Over.'

"Sial!"

Laptop Seven ditutup dengan keras, pemiliknya dengan tergesa keluar dari mobil. Tak lupa juga membawa laptop malang tadi.

"Semoga kalian baik-baik saja."

Ia kecup kalung salibnya. Mau tak mau Seven harus memasuki gedung tersebut. Ini adalah tanggungjawabnya, Seven pastikan Jumin dan Nana keluar dengan selamat. Apapun yang terjadi.

SAUVETAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang