Chapter 15

365 49 5
                                    

Di halaman sudah bersiap puluhan penjaga dengan masing-masing senjata mengacung pada satu titik. Pintu masuk.

“Kau memiliki permintaan terakhir?” goda Seven. Ia tahu mereka tak akan menang melawan seluruh penjaga dengan peluru penuh di setiap senjata apinya.

“Aku ingin menikah.”

Mendengar jawaban tak terduga, Seven terkikik. Meskipun keadaan tak mendukungnya untuk tertawa, tapi melihat Jumin berkata bahwa ia ingin menikah merupakan hiburan sebelum hidupnya berakhir. “Baiklah, jika itu yang kau mau. God Seven akan mengabulkannya.” Seven dengan berhati-hati menyenderkan Saeran di tempat yang ia rasa aman.

“Kau diam di sini, tolong jaga adikku.”

Jumin tersentak. Adik? Belum sempat ia bertanya, Seven dengan sigap memakai sebuah helm dan menutup pintu. Sedetik kemudian, hanya suara rentetan peluru yang Jumin dengar.

>>><<<

“Bagaimana keadaannya?”

“Dia terluka parah, sehingga ia banyak kehilangan darah. Namun tenang saja, ia telah melewati masa kritisnya.”

“Syukurlahhh~ Aku harap dia cepat sembuh.”

“Lalu dimana Mr. Han?”

“Ah iya! Dimana Trustfundkid itu? Aku harus memberinya pelajaran!”

Belum sempat dokter menjawab, pintu ruangan tersebut terbuka, menampilkan pria yang dicari muncul dengan tangan kanannya yang terperban.

“Pelajaran apa yang ingin kau berikan?”

Zen terkesiap.  “He-hey! Kau tahu? Kau seperti hantu! Mengangetkan saja.”

Yoosung tampak khawatir. “Hyung! Apa kau baik-baik saja?”

Jumin hanya mengangguk. Ia melangkah menuju ranjang tempat seseorang terbaring. Berbagai selang penunjang kehidupan tersambung di tubuhnya. Suara-suara dari kardiogram menandakan bahwa orang tersebut masih bernapas.

Setelah dokter pergi, Jaehee menuntun agar teman-temannya segera keluar. Memberikan waktu untuk Jumin seorang. Setelah pintu tertutup sempurna, Jumin duduk di sebelah ranjang.

“Kau telah menyelamatkanku,” ucap Jumin, namun tak ada balasan.

Jumin menghela napas berat. “Cepatlah sadar....” Tanpa terasa air mata Jumin mengalir. “Bangunlah, Natasha.”

>>><<<

Setelah Seven menutup pintu, ia mengeluarkan pistol dari balik tasnya. Rentetan peluru sontak menghujam ke seluruh tubuh Seven. Pria berambut tomat itu terjatuh ke belakang karena tekanan dari banyaknya peluru yang melesat ke arahnya.

Tak lama kemudian, sekitar empat helikopter mengambang di atas gedung. Para penjaga panik, mereka terus menembaki helikopter tersebut. Puluhan prajurit keluar dari semak dan menghadiahkan rentetan peluru pada penjaga-penjaga malang tersebut.

Helikopter mendarat dengan lancar. “Seven!” pekik seorang wanita yang baru keluar dari helikopter. Wanita tersebut berlari dan memeriksa keadaan Seven. Ia buka helm yang hancur akibat serangan tadi, tampaklah mata Seven yang tertutup rapat.

“Tidak! Bangunlah, Seven!” Wanita tersebut terus saja menggoyangkan tubuh Seven, berharap temannya tersebut sadar.

SAUVETAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang