Jumin merasa aneh dengan tingkah Seven yang berubah drastis. Semenjak kejadian kemarin siang, Seven kini jarang berkomunikasi melalui aplikasi messenger buatannya sendiri. Jumin tahu Seven sedang mencari informasi tentang (calon) gadisnya, tapi melihat tingkahnya... Jumin merasa risih.Jumin bersandar pada tempat duduknya yang megah. Meja penuh dengan berkas hanya ditatapnya jenuh. Sangat jenuh. Ia rindu ingin pergi ke toko Miaw, toko milik Nana. Ia rindu akan sapaan riang Nana saat dirinya memasuki toko. Ia rindu akan masakan Nana. Kalau saja rasa rindu ini dapat ia uangkan, mungkin ia dapat membeli negara di seluruh dunia.
Kemudian pikirannya melayang pada kejadian kemarin siang. Seven mengusirnya, mengatakan bahwa ia akan menemukan Nana secepatnya. Namun tak satupun pesan Jumin yang Seven balas.
Jumin meraih ponselnya. Ia membuka aplikasi messenger dan melihat sebuah chatroom dengan Yoosung dan Zen yang on di dalamnya.
<Jumin Han has entered chatroom>
Yoosung : Heys! Jimion!
Zen : Jangan bilang kau sedang bermain LOLOL sambil mengetik pesan.
Yoosung : Bebar srkaliiio! Bos mnstrr kli ini hrs kuksaalahnkn.
Jumin : Apakah kalian melihat Seven?
Zen : Kau bisa mengeceknya pada histori chat sebelumnya.
Jumin : Aku lelah.
Zen : Ha? LELAH? Padahal kau limpahkan semua pekerjaanmu pada Jaehee. Dan kau berkata lelah?
Yoosung : Seben sdnag off.
Jumin : Terimakasih, Yoosung.
Zen : Hey! Hey! Jawab pertanyaanku dulu!
<Jumin Han has left chatroom>
Zen : DAN DIA MENGABAIKANKU?!
Yoosung : Kau tak sika diabaikn olrh jimin,,?
Zen : Tidaklah!
Yoosung : [shock sticker]
Zen : Eh..Zen : Maksudku semua orang pasti tak suka diabaikan!!
Zen : Argh! Lebih baik aku menghafal naskah
<Zen has left chatroom>
<Yoosung has left chatroom>
"Mr. Han." Jaehee mendekat. "Kau mendapat surat."
Jumin membolak-balikkan surat tanpa nama pengirim. Ia ingin mengabaikan surat tersebut, namun tak bisa. Instingnya kuat bahwa dia harus membuka.
"Mr. Han?"
Jumin terkejut bukan main. Api amarahnya meledak-ledak. Napasnya memburu tak karuan, membuat Jaehee mendekat untuk melihat isi surat tersebut. Tangan Jumin bergetar, mati-matian ia menahan amarah untuk tidak menghancurkan semua benda di sekitarnya.
"Mr. Han? Apa kau baik-baik saja?"
Jumin menelepon Seven. "Jumin! Baru saja aku ingin meneleponmu. Aku sudah mendapa-" ucapan Seven terpotong.
"Bersiaplah. Lima belas menit lagi kita akan ke sana." Jumin menutup telepon secara sepihak.
"Kau akan kemana, Mr. Han?" Ucapan Jaehee menghentikan Jumin.
Jumin berbalik. "Jaehee, tolong urus segalanya jika terjadi sesuatu padaku," ujar Jumin sebelum menutup pintu.
Jaehee terkejut dengan ucapan Jumin. Pertama, untuk kali pertama Jumin memanggilnya Jaehee. Kedua, mengapa dia mengatakan hal menyedihkan seperti itu? Ketiga, mau kemana dia?
Jaehee meraih surat tanpa nama tersebut. Matanya membelalak, berkas-berkas yang ia bawa terjatuh. Tangannya menutup bibir dan tangan satunya memegang isi surat tersebut dengan gemetar.
Isi surat tersebut adalah sebuah foto Nana. Dengan keadaan tangan tergantung. Penuh luka, dengan pakaian yang koyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAUVETAGE
FanfictionMystic Messenger by Cheritzh Fanfict by Kasukma Cover by @immirahan Jumin Han x MC 2 -Bahasa Indonesia- Well... hope you like it