2

5.4K 339 0
                                    

Selamat membaca 😊
Jangan lupa vote dan comment 😉

----

Axel memijit kepalanya pusing.

Sang adik tidak berhenti menyuruhnya menikah.

Sisi, anak manja itu tetap ngotot meminta jawaban atas ungkapan cintanya.

Dan hatinya yang masih belum dapat Axel pahami sepenuhnya.

Dia bukan gay, tentu saja dia tidak ragu tentang itu. Tetapi untuk kembali mengenal cinta, Axel merasa tidak bisa.

Apalagi dengan menikah. Komitmen yang terjalin harus kuat dan dia belum bisa berkomitmen.

Sudah lama kejadian itu terjadi. Sesaat setelah dia dikabari mama dan papanya bahwa adiknya meninggalkan rumah. Dan sekarang sang adik sudah memiliki 3 orang anak, dan 2 diantaranya sudah beranjak remaja.

Sudah lama dan Axel telah terbiasa sendiri. Dirinya sudah mempunyai Ian, Ana, dan Della sang keponakan yang sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Dia tidak butuh sosok perempuan jika hanya untuk dikhianati dan dibuang.

Axel menyalakan rokoknya dan menyesapnya panjang..

Dia butuh Della-nya sebelum dia benar-benar gila dan berakhir dengan minuman keras. Dia butuh penenangnya.

Karena perlahan sakit dibagian dadanya muncul kembali. Sakit yang selalu hadir setelah mengingat kembali masalalu nya.

---

"Om."

Axel berdecak kesal, niatnya kerumah sang adik ingin menenangkan diri namun bocah terbawel yang bernama sisi tersebut sedang berada dikediaman sang adik.

"Sedang apa kau disini?"

"Ana memintaku mengajarinya pelajaran yang tidak dia bisa, jadi sebagai calon tante yang baik Sisi dateng kesini.  Om tinggal disini? Wah,  jadi ini rumah masa depan sisi sama om ya?"

Dahi Axel berkerut. 
Memang seberapa pintar Sisi hingga sang keponakan meminta ajar pada gadis tersebut.

"Kau jangan bercanda adik kecil,  Ana tidak mungkin memintamu mengajarinya."

Setelah berkata tersebut Axel meninggalkan Sisi yang sedang memanyunkan bibirnya. 

---

"Della, della sayang," goda Axel seraya mencubit pelan hidung bayi mungil tersebut yang ditanggapi dengan tawa lebar.

"ckck, rasanya kau memang benar-benar butuh seorang anak kak.  Mau aku carikan istri?" ucap Angela sambil geleng-geleng.

Axel tak menanggapi ucapan sang adik,  dia terus menggoda Della tanpa henti lalu sampai bayi tersebut terlelap.

"Aku akan tidur disini bersama Della."

Angela mengangguk.

"Kak..."

Axel bergumam menanggapi panggilan Angela. 

"Berbagilah padaku, aku adikmu bukan?  Aku juga ingin mendengar keluh kesahmu,  bukan hanya ingin didengar olehmu."

Axel membalikkan badannya lalu menatap Angela yang masih berada disofa kamar tamu tersebut.

"Aku hanya tak bisa menikah Ela, aku hanya tidak bisa."

"Adakah seseorang yang kakak tunggu?"

Axel menggeleng, lalu kembali menatap Della dan memeluk bayi kecil tersebut. Angela menghela nafas kesal.

Sebenarnya siapa yang kakak disini?

---

"Jadi ibu ingin membuat jendela rumah ibu tampak besar namun tidak mengubah sisi tradisionalnya?"

"Iya,  dan pintunya juga dua pintu."

"Saya mengerti, akan saya kabari jika saya sudah membuat rincian dan beberapa model gambar rumah yang ibu inginkan."

Axel tersenyum,  lalu menjabat tangan klien nya.

"Terima kasih mas, saya benar-benar masih tidak percaya anda mau mengambil proyek rumah kecil saya mengingat anda selalu mendapatkan proyek-proyek besar."

"Saya tidak pernah membedakan hal tersebut ibu,  selama saya belum mempunyai janji dengan yang lain, saya akan mengerjakan proyek apa saja. Saya tidak memilih,  semua sudah saya schedule kan."

"Baiklah mas,  terima kasih."

Setelah kepergian kliennya Axel menghela nafas. Sejujurnya dia hanya sedang lelah mengurus proyek besar.  Beberapa taman bermain akan kembali didirikan ditanah malang ini dan dia kembali mendapat kepercayaan untuk mendesain bangunan didalamnya.  Tapi ia menolak. 

Axel mendongak, menatap pintu ruang kerjanya yang terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu.

"Elissyaa... " gumam axel pelan.

Wanita itu mengangguk.

"Sudah lama dan kau terlihat sama saja."

-----

TBC

The Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang