Axel bukan lelaki yang tidak peka. Ia tahu gadis kecil yang baru saja memasuki kediamannya itu sedang dalam keadaan yang buruk.
Bukan salahnya jika dia lebih memilih tidur didalam mobil daripada menghadiri pesta membosankan.
Menghela nafas, Axel memutuskan turun dari mobil menyusul masuk kedalam rumah mewah yang terlihat sepi.
Menyadari bahwa gadis yang sudah mencuri perhatiannya itu hanya sendirian didalam bangunan megah ini.
Meringis kecil bahkan dirinya yang barusaja memasuki kediaman ini menyadari betapa kesepiannya Sisi selama ini. Hidup dengan orang tua yang hampir selalu tidak pernah ada dirumah bukanlah hal yang menyenangkan. Bahkan meskipun ada pengasuh dan para pekerja didalamnya.
Hidup mewah bukanlah standart kebahagiaan.
Kembali Axel tersadar dan segera menaiki tangga menuju kamar dengan pintu berwarna pink yang ia yakini milik Sisi.
Mengetuk pintunya pelan dan tanpa menunggu jawaban Axel membuka pintu tersebut.
Dan Axel tak bisa bergerak, matanya disuguhkan pemandangan yang kembali mengusik hatinya.Sisi yang terlihat ceria dihadapannya memeluk tubuhnya sendiri dalam kegelapan. Pundaknya yang bergetar kembali membuat hati Axel tidak nyaman.
Ini bukan pemandangan yang ingin dia lihat meski tau ini sudah bisa dia tebak.
"Its okey, ada aku disini," Axel merengkuh gadis malang didepannya itu dengan hati hati seakan takut menyakiti.
"Ada aku dan kamu akan baik-baik saja."
---
Axel mengelus rambut Sisi yang sudah tertidur dalam pelukannya, mengusap mata Sisi yang masih basah.
Axel tau ada yang salah namun Axel tidak mau memaksa Sisi bercerita jika gadis itu sendiri tidak mau menceritakannya.
Beberapa orang sadar bahwa terkadang kesedihan orang lain hanya butuh dikuatkan tanpa penghakiman.
"Aku tidak memiliki banyak teman," suara bergetar itu sedikit mengganggu tapi Axel tetap tak menghentikan tangannya yang sedang mengelus rambut pemilik suara tersebut.
"Beberapa orang berbicara buruk tentangku tanpa mau mengenalku."
"Mereka berkata omong kosong seakan mereka tau bagaimana aku hidup selama ini,"
"Aku memiliki orang tua yang hampir tidak pernah ada dirumah saat aku membutuhkan mereka."
"Tadi Jafran menembakku didepan teman-teman kami dan itu tidak baik untukku. Jika aku menolaknya temanteman akan mengatakan bahwa aku sok cantik, tapi aku tidak peduli aku tetap tidak menerimanya."
Tangan Axel terdiam sejenak sebelum kembali bergerak kearah pipi Sisi dan tersenyum.
"Kamu sudah melakukan hal yang benar. Kenapa menangis?"
Lama terdiam tanpa ada jawaban Sisi menatap mata Axel dengan sungguh-sungguh.
"Aku takut kesepian," dan detik itu pula Axel merengkuh gadis yang selalu bertampilan ceria ini dengan erat.
Mengulang kalimat yang sama
"Kamu masih memiliki aku."
Berkali kali sampai gadisnya tertidur.
---
Banyak orang ketakutan kehilangan kawan tapi tidak sadar bahwa dia telah kehilangan dirinya sendiri.
Axel menatap Sisi yang kembali terlihat ceria seperti biasanya. Bahkan gadis itu sudah menggodanya beberapa kali hari ini seakan lupa bahwa dia menangis kemarin.
"Sisi ngga mau tau, Sisi ikut ke kantor hari ini."
Mau tidak mau Axel mengangguk akan lebih baik Sisi berada disampingnya daripada meninggalkan gadis itu di rumah besar yang senyap tanpa suara.
Seraya menunggu Sisi yang masih dikamar mandi Axel mengambil handphone nya, menghubungi seseorang dan berkata " Dua bulan lagi dan saya akan segera menjabat tangan anda."
---
TBC.
Ada beberapa orang yang ketakutan menghadapi tanggapan berbagai orang. Jadi jangan kaget kenapa Sisi tiba ² mewek karena hal sepele.
![](https://img.wattpad.com/cover/95164922-288-k392614.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Heart
General FictionAxel Mandhela, sosok laki-laki berumur 33 tahun. Seorang arsitek ternama. Setelah dikhianati oleh cinta pertamanya, dia tidak lagi ingin dekat dan mengenal wanita. Wanita manapun, angkat tangan merayunya kecuali satu, gadis kecil keponakan teman...