16. Sisi

1.9K 140 10
                                    


"Aku berangkat sekolah dulu," lalu meminta tangan kanan Axel untuk dia salami.

Sisi terperanjat saat tangan yang baru akan dia lepas menariknya pelan.

Kebiasaaan baru Axel, senang sekali menciuminya.

"Pulang sekolah, saya jemput."

Sisi mengangguk dengan terburu-buru turun dari mobil, menatap sejenak mobil yang semakin menghilang.

Lalu menutup mukanya pelan dan tertawa sendiri seperti orang gila.

---

"Darimana?"

Axel menghentikan langkah kakinya, menoleh kearah sofa panjang diruang televisi tersebut. Menatap adiknya yang terlihat agak stres.

Memilih tak menjawab pertanyaan sang adik.  Axel berjalan mendekat, mengelus puncak kepala sang adik dan bertanya

"Bukankah Della sudah sembuh?"

Angela mengangguk, menyandarkan kepalanya ke dada sang kakak.

"Hanya merindukan orang tua kita. Ternyata menjadi orang tua tidak semudah itu, membayangkan betapa egoisnya aku dulu."

Axel tidak berniat menanggapi namun tangannya tak berhenti mengelus lengan sang adik.

"Tingkahku dulu bukannya keterlaluan? Kakak harus keluar dari pekerjaan kakak karena mencariku. Orang tua kita, bukankah secara tidak sadar aku menyakiti mereka?"

Axel menatap langit-langit ruang televisi tersebut.

"Kamu tau, hal yang paling melegakan adalah bahwa kami dapat menemukanmu,"

Seperti hal itu terjadi kemarin, mata Axel berkaca-kaca karena terkenang.

"Sesungguhnya bagi kami, kesalahan apapun yang kamu lakukan semuanya mendapat maaf, bukankah seperti itu keluarga? Kakak yakin, mama dan papa ikut bahagia melihat kehidupan kita sekarang."

Angela menyerukkan kepalanya semakin dalam, menangis lirih.

"Kakak juga akan bahagiakan? Kakak juga harus bahagia."

Axel tersenyum mengecup kepala sang adik dan memeluknya erat.

"Tentu saja, kakak juga harus bahagia."

---

"Sisi mau ke mall."

"Baru pulang sekolah, ganti dulu seragammu," Axel menanggapi Sisi yang baru saja masuk kedalam mobilnya.

"Ngga keburu, Sisi lupa kalau diundang Jafran ulang tahun, Sisi belum beli kado."

Hah? Siapa tadi katanya?

"Jafran yang suka kamu itu?"

Sisi mengangguk lalu kembali menatap ponselnya.

"Harus kamu datang?"

"Harus, taun kemaren Jafran dateng ke ulang tahun Sisi, kadonya boneka beruang besar, ini Sisi harus kado balik apa ya? Laki-laki suka apa ya om?"

Axel tak menanggapi lagi namun tetap mengikuti kemauan Sisi.

Memutar balik mobilnya dan menjalankannya ke mall terdekat.

---

Baru saja kakinya memasuki gedung mall, suara seorang perempuan memaki-maki terdengar.

Dilihat dari seragam yang dikenakan bisa dipastikan bahwa yang sedang dimaki adalah seorang office boy dimall ini, beberapa satpam bahkan sudah mulai mencoba menenangkan situasi tapi perempuan itu masih terus saja mengomel.

Tanpa disadarinya, genggaman tangan yang tadi disematkan kepada Sisi sudah melepas.

Gadis kecil itu benar-benar tidak ada takutnya.

Axel diam sejenak menatap Sisi yang sudah berbaur diantara kerumunan, sebelum semakin panas Axel pun berjalan mendekati.

"Sisi dibesarkan dengan ajaran menghormati yang lebih tua tanpa melihat status pekerjaannya," Sisi berucap tegas.

"Pak OB itu ngga salah, dia sudah pasang plang bahwa lantai ini sedang di pel, perempuan ini aja yang buta. "

"Bapak tidak apa-apa?" Tanya Axel dan diangguki pria paru baya yang sedari tadi menunduk.

"Yak gadis kecil, kau saja masih berseragam bisa-bisanya menceramahi saya."

"Ternyata benar umur bukan patokan kedewasaan. Dari segi umur seharusnya kamu malu atau kamu perlu sekolah lagi saja jika menghormati yang lebih tua saja kamu tidak mampu."

Axel membiarkan saja Sisi. Dia tau gadisnya tak akan melewati batas.

Perempuan berdandan menor itu menatap sinis dan dengan sikapnya yang memutar haluan dia pasti tau jika dialah yang  salah.

"Tante, jangan pergi dulu, harusnya tante ajari gadis berseragam ini bagaimana cara meminta maaf dengan benar."

"Aku tidak pernah meminta maaf pada orang lain."

Lalu perempuan yang tadi diolok Sisi tante itu menerima panggilan dari ponselnya yang berbunyi.

Sisi membiarkan wanita itu pergi, Lalu mengangkat bahunya kepada Axel dan mengulurkan tangannya.

"Apa?"

"Dompet."

Dengan tanpa tergesa Axel memberikan dompetnya pada Sisi.

Dilihatnya gadis itu mengambil beberapa lembar uangnya dan memberinya pada bapak tua office boy tersebut.

Ada sedikit rasa bangga dihati Axel karena sekarang gadis itu adalah miliknya.

Dia tidak salah pilih.

Bibirnya mau tak mau tersenyum. Mendekati gadisnya lalu digenggamnya lagi tangan gadis itu. Berpamitan pada bapak OB yang tidak dia ketahui namanya dan kembali berjalan mencari tujuan awal mereka kesini.

Mencari kado Jaran, eh, Jafran yang kurang ajar itu.

---

TBC

Hari ini satu part aja ya, jangan nunggu 😂

Dirumah aja ya kalian, jangan kemana-mana. Covid sedang dimana-mana😭 semoga Indonesia lekas pulihh😇😇😇

The Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang