14. Rahasia.

1.4K 143 2
                                    

Diperjalanan pulang ternyata Ian dan Ana dijemput sang papa untuk menemani Della dirumah sakit.

Maka terjadilah keheningan didalam mobil yang berisikan Sisi dan Axel sejak adegan "mimpi basah" tersebut.

"Kamu beneran sudah kenyang," tanya Axel berusaha memecah keheningan.

Sisi yang menatap jendela luar menggangguk pelan.

"Sisi, kapan ujian nasional?"

"Beberapa minggu lagi."

"Sudah belajar?"

Sisi mengangguk lalu menatap Axel.

"Sudah berfikir akan kuliah dimana?"

Sisi mengangguk lagi

"Universitas swasta disini saja"
Axel menggangguk lagian dia juga tidak berharap Sisi akan kuliah di negeri, yang terpenting Sisi tetap melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

"Oh ya? Mau ambil jurusan apa?"

"Sisi bingung. Om suka Sisi jadi apa" tatapan polos Sisi membuat Axel berdeham.

"Bukan saya yang ingin kuliah," lalu Axel meneruskan "pilih jurusan yang sekiranya tidak akan menjadi beban buatmu. Apapun itu saya dukung," ucap Axel dengan tangan kirinya yang mulai gatal mengelus rambut halus Sisi.

"Apapun itu, saya akan dukung kamu."

"Kalau Sisi pingin nikah?"

Mendengar itu Axel tersedak ludah sendiri.  Menatap Sisi terkejut.

"Memang Sisi udah siap nikah?" Setelah bertanya seperti itu Axel membasahi bibirnya yang terasa kering. Jantungnya berdetak cepat menunggu jawaban.

"Sisi pernah bilang kalau cita-cita Sisi jadi istri om tapi om ngga pernah anggap itu serius. Apa om ngga suka Sisi? Apa Sisi mengganggu hidup om? Kenapa om ngga suka Sisi? Kita kan udah tidur sekamar dua kali?"

Axel mengerjab pelan, sejujurnya dia bingung harus berkonsentrasi yang mana terlebih dulu. Pembicaraan ini berat dan konsentrasi mengemudinya juga terpecah.

Daripada terjadi sesuatu, lebih baik Axel menyelesaikan pembicaraan ketika sampai dirumah Sisi saja.

Tapi Axel dan diamnya adalah kesalahan.

Sisi yang tidak mendengar jawaban apapun, menangis.

Sisi dan sifat belum dewasanya selalu berhasil membuat Axel bingung bagaimana cara menghadapinya.

Bukankah seharusnya dia tidak melamar Sisi dijalan raya dengan keadaan menyetir bukan?

Anak ini, kapan dia dewasa dan sadar situasi...

---

5 jam yang lalu.

Papa Sisi mengetuk meja yang ada didepannya. Bingung dan gamang untuk memulai percakapan.

"Saya pernah berjanji akan memberitahumu tapi axel, bisa kamu memberitahu Sisi mengenai ini. Penyakit saya dan rahasia yang akan saya beritahu padamu,"

"Ini akan sulit baginya dan saya juga tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkannya. Saya dan rania tidak pernah menikah,"

Papa shisi, Januar, menarik nafasnya perlahan, mengamati reaksi orang yang dipilihnya untuk sang anak.

"Jadi, Sisi anak diluar nikah?"

"Bukan."

"Beri penjelasan pada saya om, bukankah sudah waktunya apapun rahasia itu terungkap?"

Papa shisi memejamkan matanya lalu menghela napas perlahan.

Mengambil sebuah foto dikantong celananya.

Foto yang sudah buram dan tidak layak disimpan.

Bahkan foto didalamnyapun tampak buram termakan usia.

Axel melihat dengan teliti foto yang diberikan padanya. Perempuan cantik yang difoto tersebut bahkan bisa ia sadari keanggunannya.

"Namanya Raden Ajeng Adiratna bratawati, ibu kandung Sisi sebenarnya."

Tangan Axel sedikit bergetar.

"Dimana beliau sekarang? Gelar raden ajeng ini apa memang namanya?"

Papa Sisi tersenyum singkat, pria didepannya memang bukan orang bodoh.

"Seperti yang kamu tahu, itu adalah gelar bangsawannya. Dia keturunan kraton Yogjakarta."

Axel tidak bisa menutupi raut terkejutnya.

"Ap- apa om menculik Sisi, om bukan orang tua kandungnya?"

"Satu-satunya yang bisa kuselamatkan dari kecelakaan itu hanyalah Sisi dan sebuah foto itu,"

"Axel, seperti yang kamu bilang, saya memang bukan orang tua Sisi."

Sekali lagi Axel terkejut. Menjatuhkan foto yang dipegangnya lalu kembali menatap mata papa sisi yang berkaca-kaca.

"Cukup sampai sini yang bisa om sampaikan. Setelah kamu menikahinya, om akan memberitahu segalanya."

Papa sisi akan berdiri sebelum Axel mencegahnya

"Lalu om, siapa yang akan menjadi wali nikah sisi?"

Januar tersenyum lembut pada Axel

"Saya Axel, saya sendiri yang akan memberikan Sisi padamu."

----

TBC.

Axel dengan diamnya.
Sisi dengan prasangkanya.

Rumit.

Dan, aku pernah bilang, kalau aku postnya ngga ada waktu, kalau mood nulis kalau ngga dapet mood ya ngga nulis. Jadi kalian tunggu aja terus yak ❤️ terimakasih udah ngertiin aku dan nunggu cerita yang ngga bagus daripada penulis yang lain.

Sayang kalian♥️

The Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang