"Jikalau pelukan bisa menenangkan, maka peluklah tubuhku hingga kau tenang"
-----
Tindakan paling haram yang harus dihindari Axel adalah pengecut.
Oleh karena itu disinilah dia. Menatap pengantin wanita yang juga menatap senang kearahnya.
Yah beginilah hidup, wanita yang kau jaga mati-matian akhirnya tidak bersanding denganmu di pelaminan.
Ah, atau kalimat tren sekarang bahwa dia dulu pernah menjaga jodoh orang.
Sialan.
"Terima kasih X, sudah datang."
Axel tersenyum kaku.
"Dan semoga kau bahagia," akhirnya kalimat busuk ini terucap.
Dan setelah itu Angela mengikuti langkahnya keluar dari gedung.
Ngga peduli urusan makan, penting segera pulang.
Ah, leganya punya adik perempuan, bisa dibawa kondangan.
----
"Jadi perempuan itu yang membuat kakak gagal move on?"
Dan tentunya sepeka itulah radar perempuan.
"Bukan gagal move on La, hanya belum bisa melupakan bagaimana rasanya perempuanmu lebih memilih lelaki lain dari pada dirimu sendiri."
Angela mendengus lalu tertawa pelan.
"Pengecut, jadi kakak trauma hanya karena kejadian sepele seperti itu?"
Axel menatap Angela tidak suka, tapi dia diam saja. Malas berdebat dengan sang adik.
"Aku selalu berfikir bahwa kakak tidak mau menikah karena aku."
Axel menatap Angela.
"Aku ingin membuktikan ke kakak bahwa aku akan baik baik saja. Aku tidak ingin merepotkan kakak tapi meskipun berkeinginan seperti itu nyatanya sampai sekarang aku masih selalu merepotkan. Benarkan? Alasan selama ini kakak tidak menikah karena aku kan?"
Axel terdiam seakan bisu untuk bersuara.
"Semua yang terjadi di masa lalu kak bukanlah salahmu. Sudah menjadi takdir bahwa aku harus pergi dari rumah saat itu. Tapi sekarang aku punya kakak, punya leo, punya anak-anak yang akan selalu bersamaku. Aku tidak akan pergi tanpa pamit lagi. Aku berjanji, aku akan baik-baik saja karena aku punya kalian. Jadi kak, pikirkan kehidupan kakak juga. Buang semua rasa bersalah kakak."
Axel melihat adiknya menangis setelah itu.
Menghela nafas lalu dipeluknya tubuh sang adik "Tidak apa, tidak apa Angela,jangan menangis."Tapi Angela semakin terisak.
"Peluk aku, menangislah La, jika pelukku bisa membuatmu tenang."
-----
"Ana ngga peduli, pokoknya Ana mau diantar om Axel."
Rengekan Ana yang sedang sakit dan tatapan memohon maaf Angela akhirnya membuat Axel luluh.
Harusnya hari ini dia harus keluar kota untuk mempresentasikan beberapa hasil design sebuah restoran di Surabaya. Namun, sepertinya hari ini tidak memungkinkan.
"Ela minta tolong ya kak, dirumah sakit nanti hanya tinggal periksa saja, sudah Angela daftarkan tadi lewat telepon jadi bisa didahulukan."
Axel mendekati Angela dan mengelus pelan pipi sang adik.
"Tidak apa, biar kakak antar Ana sekarang. Kamu istirahat saja dengan sikecil. Jika Leo dan Ian datang segera hubungi kakak."
Angela mengangguk.
Sepertinya memang Ana dan Ian tidak bisa dipisah terlalu lama. Ingatkan Axel nanti untuk melarang Leo membawa Ian seminar diluar kota.
Digendongnya Ana dan menjalankan mobilnya kearah rumah sakit yang sudah menjadi langganan Angel selama ini.
----
Disinilah Axel, sebuah club ternama di kota Surabaya. Setelah mengantar Ana dia mengambil penerbangan paling awal yang bisa menerbangkannya ke Surabaya. Ahh, sudah lama sekali sejak dia menginjakkan kakinya di club ini.
Melihat semua orang menari, melihat banyak sekali orang mencari kesenangan disini.
Axel menyapa beberapa temannya yang masih diingat.
Beberapa orang menghampirinya dan memberinya minum.
"Yo bro, Selamat kembali ketempat terkutuk ini."
Axel tertawa dan mengangguk lalu menerima minuman tersebut.
"Selamat bersenang-senang."
Dan Axel benar-benar bersenang-senang malam ini.
Melupakan adiknya, melupakan remaja yang mengincarnya dan melupakan kehidupan ditempat di tinggal.
Sekali saja, sekali ini saja.
Dia ingin menjadi dirinya dimasa muda.
Melupakan semua beban,
Dan hanya bersenang-senang.
----
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Heart
General FictionAxel Mandhela, sosok laki-laki berumur 33 tahun. Seorang arsitek ternama. Setelah dikhianati oleh cinta pertamanya, dia tidak lagi ingin dekat dan mengenal wanita. Wanita manapun, angkat tangan merayunya kecuali satu, gadis kecil keponakan teman...