"yak! Jauh-jauh sana. Jangan dekat-dekat! "
Axel berteriak dengan tangan teracung menunjuk wajah polos seorang gadis yang sedari tadi tersenyum tidak jelas.
Dia hanya memesan king bed dan tidak mungkin mereka tidur berdua diatas sana. Sedih sekali rasanya melihat sofa hotel yang dia tempati terbuat dari kayu, bisa dibayangkan akan seremuk apa tubuhnya. Weekend seperti ini hotel yang ia sewa pasti penuh.
Bocah sialan, ternyata membawa bocah ini ketempat dia menginap bukanlah hal yang tepat.
Sedari tadi dirinya merasa dipermainkan.
Saat dia duduk, bocah ini ikut duduk disampingnya, menghindar ke atas ranjang dan shisi tetap mengikutinya. Tidak mungkin dia kabur kedalam kamar mandi bukan?
Sialan, kenapa sekarang dirinya merasa takut sekali diperkosa bocah kecil ini?
---
Tidurnya terusik, merasa terganggu didaerah wajahnya. Membuka mata perlahan dan terduduk kaget.
"kau! Apa yang sedang kau lakukan? " teriak Axel menyadari Shisi yang berada disamping sofa tempat dia tidur, shisi meraba wajahnya dan menatapnya lekat.
"Shisi hanya liat om Axel tidur, tidak berniat mengganggu," dengan cemberut shisi menatap Axel yang menuduhnya aneh-aneh.
Menghela nafas, Axel bangkit dan berjalan kearah kamar mandi.
Shisi bangkit dari duduk jongkoknya lalu berjalan ke arah koper yang tergeletak disebelah ranjang.
Matanya berbinar seakan menemukan peti harta karun dengan penuh emas didalamnya.
Dibukanya koper tersebut lalu tertawa geli seraya mengambil celana dalam pria yang ada dalam koper tersebut.
Dibuka lipatan celana tersebut dan semakin tertawa ketika melihat bentuknya yg segitiga.
Hahahaa! Macam anak perempuan aja pake kolor segitiga.
Berdehem pelan agar tawanya tidak semakin menjadi. Shisi mengambil kaos dan juga celana jeans axel.
Walau sudah tua, shisi tau bahwa Axel lebih suka memakai jeans daripada celana kain macam orang kantoran.
Dipilihnya warna yang serasi dengan pakaiannya. Lalu ditaruhnya diatas kasur. Merapikan koper yang dia buka, memasukkannya kelemari lalu dikuncinya. Mencopot kunci tersebut dan menyimpannya disaku.
---
Mengernyitkan dahi, Axel menatap kasur dan shisi bergantian.
"Apa kau membuka koperku? "
Axel menghela napas melihat bocah sialan itu mengangguk.
Tiba-tiba dirinya merasa bertambah tua dua kali lipat lebih cepat.
"Om pakai ini, harus! "
Malas berdebat Axel lalu membawa pakaian yang disiapkan shisi kembali ke kamar mandi.
Sementara biang masalah ini terkikik senang diatas kasur.
----
"Maafkan anak saya ya mas-"
"Axel, nama saya Axel"Axel menyalami tangan papa shisi dengan hangat.
"Jangan lama lama papa salamannya, kan belum ijab kabul. "
Serentak keduanya menoleh kearah seorang gadis yang dengan wajah polosnya menyengir lebar.
"papa, shisi masuk dulu. Nanti jangan lupaa kita kembali ke jakarta. Jangan lupa siapin oleh oleh buat temen temen Shisi."
Gadis itu menyelonong masuk lalu kembali lagi keluar.
"kenapa?" tanya sang papa.
"ada yang ketinggalan, " shisi mendekati Axel yang hanya diam disebelah sang papa lalu mengecup pipi kanan Axel pelan lalu kembali berlari masuk kedalam rumah dengan tawa senang.
Sialan.
Kenapa bocah ini senang sekali mempermalukannya?
---
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Heart
General FictionAxel Mandhela, sosok laki-laki berumur 33 tahun. Seorang arsitek ternama. Setelah dikhianati oleh cinta pertamanya, dia tidak lagi ingin dekat dan mengenal wanita. Wanita manapun, angkat tangan merayunya kecuali satu, gadis kecil keponakan teman...