"Kenapa nangis?" Ucap Axel ketika mau tidak mau harus menepikan mobilnya.Menghela nafas dan menarik Sisi dalam pelukannya.
Gadis cengeng ini, kenapa mampu membolak-balik an dunianya?
"Om benci Sisi, om ngga suka sama Sisi. Iyakan?"
Axel melepas pelukannya. Menghapus air mata Sisi yang membasahi pipi gadis itu. Mengacak rambut Sisi pelan lalu tersenyum lembut.
"Saya sudah tua, umur saya 34 sebentar lagi," ucap Axel seraya menatap gadis didepannya.
Tangisnya sudah perlahan mereda.
"Kamu tidak tua."
Mata gadis itu melotot seperti lupa akan tangisnya.
"Bagaimana bisa aku tidak tua? Adikku saja sudah punya anak lebih dari satu."
Axel berdeham pelan ketika menyadari pipi gadis didepannya memerah.
"Kamu tampan, apa aku tidak pernah mengatakannya?"
"Apa karena aku tampan? Beberapa tahun lagi aku akan mengeriput," dan axel tidak tau kenapa tibatiba dia bisa jadi seperti abg sekarang.
Harusnya dia tidak perlu berkata seperti itu.
"Axel, kamu sempurna."
Sisi menutup muka dengan tanggannya dan Axel tertawa. Gadis ini benar-benar ...
"Kamu ingat bagaimana awal kita berkenalan?"
Shisi mengangguk.
"Kamu datang kepesta ulang taun om mu dengan piama dan bando kucing. Aku pikir, kamu salah memasuki ruangan pesta," Axel tersenyum kecil.
"Dan empat tahun sudah berlalu, kamu sering sekali memanfaatkan gerry agar dia punya alasan untuk aku menjemput kamu."
Gadis itu terkesiap.
"Om menyadarinya?"
Axel menggangguk.
"Om mu itu, sudah berteman dengan saya sejak lama Shi."
"Kamu ingat apa yang kamu katakan pertama kali saat kamu melihat saya?"
Shisi mengangguk, menutup mukanya malu.
"Om ganteng sekali, Sisi mau punya suami mirip om," Axel mengambil tangan Shisi yang masih berusaha menutup mukanya.
Meraih tangan gadis itu dan menggenggam nya.
"Mau jadi istri saya?"
Shisi lupa caranya bernafas, muka kaget nya, bibir terbuka yang sepertinya lupa gadis itu tutup dan dengan gemas Axel mengecup bibir itu.
Bukannya terbangun dari mimpi, gadis itu malah melebarkan matanya.
Yaampunnnn, dengan gemas Axel menarik gadis itu dalam pelukannya lalu tertawa kecil.
"Bernafas sayang," dengan sengaja Axel berbisik ditelinga Sisi pelan.
Sisi melepas pelukan Axel lalu menarik nafas.
"Aku ma- hk," dan Axel tidak bisa berhenti ketawa seiring cegukan Sisi yang lagi-lagi menghalangi gadis itu berbicara.
Hari ini, dia sudah tertawa berapa kali?
---
"Tapi kita belum pacaran, kita harus pacaran dulu sebelum nikah om."
"Om juga ambil ciuman pertama Sisi."
"Om jahat, bikin jantung Sisi copot."
Axel mengecup gadis itu karena sesaat setelah pulih dari terkejutnya, gadis itu kembali menjadi Sisi, sikecil yang suka sekali bicara.
Dengan iseng Axel kembali mengecup bibir gadis itu pelan dan ternyata memang berefek.
Tidak ada ocehan setelah ia melanjutkan lagi perjalanan.
Tepat setelah sampai didepan rumah Sisi, gadis itu dengan terburu-buru kabur dari mobilnya tanpa berpamitan.
Axel dan senyuman miringnya saat menyadari gadis itu tetaplah gadis belasan tahun.
Kekanakan ,polos, dan lucu.
Bisakah dia membahagiakan gadis itu?Lalu Axel memegang dadanya yang berdebar.
Ini akan sulit tapi dia harus mengatasinyakan?
Dan sekali lagi, dia hanya perlu Dellanya agar pikirannya tidak kembali penuh dengan masalah dan cara ini masih mampuh selain menggoda calon istrinya tersebut.
Bolehkah sekarang dia panggil Sisi sebagai calon istri?
Axel meraih sunvisor mobilnya dan membuka kaca kecil disana.
Mengamati wajahnya, bolehlah umur kepala tiga, yang penting ganteng.
Bolehkah dia narsis sekarang?
---
TBC
Oke, cukup buat hari ini.
Mau komen sama votenya dong😁Besok kalau ada ide, aku bakal lanjut tapi jangan ditunggu yaa guys❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cold Heart
General FictionAxel Mandhela, sosok laki-laki berumur 33 tahun. Seorang arsitek ternama. Setelah dikhianati oleh cinta pertamanya, dia tidak lagi ingin dekat dan mengenal wanita. Wanita manapun, angkat tangan merayunya kecuali satu, gadis kecil keponakan teman...