9. Axel.

1.8K 159 5
                                    

Axel menatap adik iparnya dengan bingung. Muka Leo benar-benar lebih kusut daripada pikirannya. Entah ada apa dengan hari ini. Semua orang terasa mempunya mood yang buruk.

"Setelah sekian lama, wajah burukmu kembali. Bertengkar?"

Tak tahan dengan kekepoannya, Axel pun bertanya.

"Kamu selingkuh?" Tuduh Axel dengan nada marah.

Leo mengerjab kaget. Berdiri dari duduknya dan dengan muka kebingungan mencoba mencari kalimat penjelasan.

"No, Angel sudah cukup. Kami bertengkar karena abang."

"Hah?"

"Angela bersikeras ingin menjodohkan abang dan memintaku mencari perempuan yang menjadi kriteria abang. Tapi saat aku menolak keinginannya, dia seperti ingin membunuhku," keluh Leo kesal.

"Dia bahkan menyuruhku untuk menjebak abang dengan perempuan diluar sana agar abang segera menikah."

Axel mengerjab.
Sekali. Dua kali. Tiga kali.

Lalu tertawa terbahak.
"Boleh aku bertanya Le, apa kamu sudah menemukan cara yang tepat untuk menjebakku?"

***

"Ana, om sudah didepan pagar, segera keluar."

Ditatapnya bangunan besar didepannya. Katakanlah dia pengecut, tapi kepercayaan dirinya berkurang sejak pembicaan terakhir  bersama pemilik rumah. Sebulan berlalu dan dia masih belum memutuskan akan kemana keputusannya.

Sekelebat pikiran muncul untuk menjadikan Sisi sebagai seorang anak, tapi ada bagian lain dihatinya menentangnya.

Sisi masih remaja, ditubuhnya masih terbalut seragam sekolah. Perasaan apapun kepadanya tidak lain seharusnya hanyalah sebuah kasihan.

Jendela mobilnya diketuk yang menyadarkan Axel atas lamunannya.
Menatap gamang pada muka Sisi yang ditempelkan dipermukaan kaca yang menjadikan wajah gadis tersebut tertekan.

Axel tertawa, sudah lama rasanya tidak melihat gadis ini. Ana yang berjalan dibelakang Sisi tanpa segan memukul kepala Sisi pelan.

"Kak, berhenti bersikap memalukan."

Axel berhenti tertawa, jarinya menekan tombol unlock agar Ana dapat segera masuk kedalam mobilnya.

"Sisi didepan, Sisi kan calon istri om," dengan cepat Sisi bergerak duduk dibagian depan tanpa memperhatikan wajah bingung Axel.

"Bocah, kenapa kau ikut masuk?"

Axel mengerutkan dahinya.

"Papa bilang ada rapat selama seminggu, Sisi disuruh nginap dirumah temen."

Rapat? Apakah sudah waktunya untuk cek up? Pria itu akan sampai kapan membohongi anaknya?

"Lalu kenapa harus rumah Ana?" Tanya Axel tak mengerti.

"Karena ada om."

"Kamu tidak punya teman selain Ana?"

"Sisi lagi marah sama Rafja, jadi sisi males nginep disana."

"Rafja? Siapa?"

"Sahabat Sisi."

"Cowok?"

Sisi mengangguk senang.

"Rafja selalu nyuruh Sisi jadian sama Jafran. Sisi ngga suka, makanya Sisi marah sama Rafja."

"Jafran siapa?"

Sialan, Ada apa dengan rasa penasarannya.

Axel menatap Sisi yang memerah.

"Tapi jangan marah, Jafran itu suka Sisi dari dulu."

"Kamu juga suka dia?"

Sisi menatap matanya kebingungan. Axel ingin segera mendengar jawaban tapi

"Om, cepat jalankan mobilnya!"

Benar, suara Ana tidak bisa diganggu gugat.

Dalam puluhan taun hidupnya, Axel merasa penasaran setengah mati pada si-sialan Jafran ini.

Axel kembali menatap Sisi yang sedang memainkan iphone nya, terkadang gadis itu tertawa sendiri.

Agak kesal, Axel merebut iphone Sisi lalu memasukan iphone tersebut kedalam kantongnya tanpa menghiraukan Sisi yang kebingungan, Ana yang ternganga.

Sejak kapan om nya suka merebut barang yang bukan miliknya?

Axel sedang kerasukan?

Tanpa menghiraukan Sisi yang merengek agar iphonenya segera kembali, Axel menginjak kembali pedal gas yang tadi sempat dia hentikan.

Biarkan, sudah, biarkan saja.

Ini kenapa sekarang Axel merasa penguasaan dirinya tidak sebagus biasanya?

Ada apa dengan Axel?

***
TBC

Aku bingung. Axel bingung. Part ini maksudnya bagaimana? Kok ngga jelas. Gpp, komen aja seperti itu😂

The Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang