7. obrolan macam apa ini?

2.3K 151 3
                                    

Axel menggaruk kepalanya yang tak gatal seraya menatap papa sisi yang tertawa melihat kelakuan anaknya.

Heran, apa pria ini tidak tau norma kesopanan dimana seorang perempuan dilarang melakukan hal tidak senono bersama laki laki.

Dan ini terjadi didepan matanya. Bayangan Angel mengecup bibir leo terlintas dikepalanya membuatnya bergidik.

"Nak Axel, mau bermalam disini?"

Dan demi Tuhan, Axel mengutuk pria didepannya dalam hati. Bagaimana bisa pria parubaya ini tidak bertanya apa saja yang sudah anaknya lakukan sehingga baru kembali kerumah sekarang.

"Ah, tidak usah pak, kebetulan saya ada janji didekat sini."

Setelah berjabat tangan Axel segera menuju mobilnya sebelum sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Nak, tolong jaga sisi ya."

---

Sisi membagikan oleh-oleh yang dibeli oleh orang suruhan papanya pada Ana, adik ipar Angela dan Ian.

"Calon keponakan tante habis sakit ya?"
Ana mengangguk dengan wajah yang dibuat polos.

"Cepat sembuh ya, nanti kita liburan bareng sama om mu."

Angela tertawa pelan, anak ini benar-benar lucu sekali. Disikutnya Axel yang berada disebelahnya.

"Iya, nanti kita liburan setelah Ana sembuh."

Kalimat ini keluar dari mulut Axel dengan sendirinya.

Tidak mengoreksi sisi yang asal bicara.
Tidak peduli Angela yang menatapnya dengan pandangan bertanya.

Ada sesuatu yang berubah dari kakaknya.

Tapi apa?

--

"Nak tolong jaga sisi ya."

Axel menghentikan gerakan tubuhnya. Memutar badan, menatap papa sisi dengan pandangan bertanya.

"Mungkin saya tidak tau umur saya tinggal berapa lama lagi, Saya memiliki sisi diusia 40tahun dan itu karena sebuah kecelakaan."

Mata Axel mengerjab. Diumurnya yang semakin tua ini, itu juga yang menjadi pertimbangan Axel untuk menikah.

Jika dia menikah, anaknya akan mendapat kasih sayangnya berapa lama?
Mungkin sekarang dia sehat, tapi nanti?

"Saya belum pernah melihat Sisi seceria ini."

Axel mengerjab lagi. Jantungnya berdetak. Tolong, tidak lagi. Jangan beri Axel kepercayaan lagi.

"Sebelum kita bertemu hari ini, sisi sudah beberapa kali cerita tentang nak Axel. Saya menemukan binar binar kebahagiaan diwajahnya. Sisi selalu bertingkah semaunya karena memang dia selalu mendapatkan apa yang dia mau. Saya tidak pernah bisa menolak kemauannya. Mungkin dia sedikit egois tolong di maklumi."

Axel mengerjab lagi, bingung menanggapi. Mulutnya terkunci tapi telinganya menajam. Menangkap apa yang akan terjadi setelah pembicaraan ini.

"Saya semakin menua dan bahkan sampai sisi sedewasa sekarang, saya lebih sibuk dengan kantor. Saya jarang meluangkan waktu untuk dia. Dia bercita-cita memiliki keluarga diusia muda dan hari ini saya melihatnya benar benar hidup disamping anda. Bisa tolong kamu jaga dia?"

Mata berkaca kaca pria paruh baya didepannya ini membuat hati Axel tidak tenang.

"Anda harus menjaganya sendiri pak, sampai tangan bapak sendiri yang menyerahkan sisi ke pria lain. Sisi punya bapak, keluarganya yang selalu ada untuknya. Dia tidak butuh saya. Suatu saat dia akan benar-benar jatuh cinta pada pria lain. Saat dia sudah lebih dewasa."

"Saya pamit dulu pak dan saya beranggapan kita tidak pernah berbicara hari ini."

----

"Kak!"

Mata Axel terbuka, mengerjab kaget atas teriakan sang adik.

"Menurutmu Sisi sudah dewasa?"

Angela menatap Axel dengan bingung.

"Dua bulan lagi Sisi berumur 18tahun, aku sudah hamil Ian dan Ana diumur itu."

Axel menutup matanya. Memikirkan segala macam hal.

"Kakak, tolong apapun itu jangan disimpan sendiri. Kakak punya aku."

Angela tahu ada yang sedang mengganggu pikiran kakaknya.

"Sepertinya, papa gadis itu ingin aku menikahi anaknya."

---

"Sisi, om mau bicara."

Gadis itu tersenyum senang. Sudah sejak pagi dirumah ini baru kali ini Axel berbicara terlebih dulu kepadanya.

Mengekori axel menuju taman dengan senyum merekah.

"Om, jadi liburannya kan?"

"Iya weekend depan."

"Kemana?"

"Terserah."

Sisi tertawa bahagia.

"Duduk, om mau bicara sekarang."
"Om daritadi udah bicara," sisi tertawa polos menatap Axel yang menatapnya datar.

"Papa mu ada disini?" Tanya Axel.

"Beneran om? Dimana?"

Axel mengernyit. Anak ini benar benar menguji kesabarannya.

---

The Cold HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang